Habis manis, sepah dibuang. Andaikan jejaring Friendster adalah manusia, pasti itulah yang tengah ia rasakan. Bagaimana tidak, setiap hari pengikutnya berkurang. Kalaupun masih ada, mereka tidak aktif lagi membuka FS nya. Iseng2, saya amati Friendster hari ini. Hampir semua list teman yang saya punya tidak menunjukkan kapan mereka terakhir login, yang artinya mereka sudah tidak membuka FS nya selama berbulan-bulan. Kalaupun ada yang tertera keterangan last loginnya, pasti sudah beberapa minggu yang lalu dan ketika saya buka untuk coba melihat apakah ada yang baru, ternyata tidak.
List teman di FS nya teman saya pun menunjukkan fenomena yang sama. Dan hari ini saya melihat pengumuman dari Friendster, mengundang siapaun untuk menjadi Super User mereka, menjadi Fans setia mereka agar tampilan mereka lebih baik, katanya. Hemm...Friendster pun harus gencar promosi supaya laku!:)
Entah disengaja atau tidak, Friendster juga merubah banyak tampilannya, mulai dari kemudahan update status atau post shoutout (seperti yang digandrungi pengguna FB), chatting, hingga warna dan setting template yang menyerupai FB. Wah...FS pun merasakan kesepian...semoga ia gak bunuh diri! :p
Saya sendiri bukan pecandu FS dari dulu. Sempat agak aktif ketika memanfaatkan fasilitas blognya. Tapi setelah booming situs blog gratis, saya pun beralih. Blog saya di FS pun sudah lama nggak saya urusi :(
Tapi tadi baca2 lagi, dan saya kaget (lebaayy!) kok bisa saya ber-melow2 seperti itu! hehe... Jadi punya ide untuk ngumpulin tulisan2 itu, siapa tau berguna buat anak cucu kelak! :D
Apa kabar telepon rumah? Dulu sepertinya memiliki telepon rumah adalah simbol kemewahan yg membanggakan. Dulu kita selalu hafal nomor2 telepon kerabat, teman, atau tetangga. Sekarang?? Boro-boro! Paling cuma nomor HP pacar yg dihafal!:p Telepon rumah nggak pernah berdering, bahkan dicabut koneksinya karena setiap anggota keluarga sudah punya telepon selular pribadi hingga mudah dihubungi. Nomor telepon yg jumlahnya banyak itu pun tak perlu lagi dihafal karena ada fasilitas phonebook.
Yang nggak jauh beda adalah nasib Wartel, Warnet, dan rental komputer.
Dulu, sebagai anak kos, saya adalah pengguna ketiganya. Antri lama pun dilakoni demi bisa telponan sama pacar yang jauh. Bangun pagi2 (kalau perlu nggak pake mandi) pun dijabanin demi menikmati happy hour yg diberikan oleh warnet, agar bisa internetan murah sebelum jam 7 pagi. Makalah berlembar2 ditulis tangan dulu juga gak apa2 demi menghemat waktu penggunaan komputer di tempat rental. Udah gitu font dan spasinya juga kecil biar pas ngeprint nggak banyak. SEKARANG?? Semenjak HP mewabah, internetan makin murah (bisa dilakukan di HP pula!), dan laptop serta PC bukan lagi jadi barang mewah, Wartel banyak yg tutup, Warnet sepi, rental komputer juga nggak laku lagi. Yang mahal dibikin masal supaya mudah dijual.
Mungkin ini bukan hanya masalah sifat manusia yg mudah bosan atau selera yang sering berganti, melainkan juga karena tuntutan kebutuhan, perkembangan teknologi dan perubahan zaman. Asalkan bukan soal pasangan, monggo saja kalau mau membuang sepah yang tak terasa lagi manisnya :)
(buat sudut wartel yg pernah dengerin marahannya orang pacaran jarak jauh - sofa warnet yg pernah nyaksiin chattingan gombal ala anak muda - penjaga rental komputer yg sabar ngilangin virus di disket para customernya - serta FS yg pernah 'menyempitkan' dunia)