Tampilkan postingan dengan label kehidupan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kehidupan. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 April 2013

Between Pi & Me


 
Sejak hari itu, aku tidak bisa mendefinisikan perasaan ini, sampai sore tadi ketika kembali menonton film Life Of Pi.

Perasaan Pi ketika Richard Parker, harimau buas dan mengerikan yang bersamanya mengarungi lautan selama berbulan-bulan, pergi begitu saja… aku menemukan jawabannya. Aku merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Pi.

Richard Parker (hanyalah) seekor harimau, tapi kebersamaan mereka selama berbulan-bulan di lautan untuk bertahan hidup, membuat Pi amat menyayanginya. Tapi, apakah Richard Parker mengerti?

Dan ketika mereka akhirnya terdampar di pantai Meksiko, beginilah Pi mengungkapkan perasaannya…

“Di tepi hutan itu dia berhenti. Aku yakin dia akan menoleh melihatku. Mendekatkan telinganya ke kepalanya dengan perasaan bangga. Dia membawa hubungan kami sampai akhir. Tapi ternyata dia langsung menerobos masuk hutan….
Richard Parker, sahabat buasku yang mengerikan, yang telah membuatku bertahan hidup, menghilang selamanya dari hidupku….”

“Beberapa jam kemudian orang-orang menemukanku. Aku menangis seperti anak kecil, bukan karena aku telah berjuang mati-matian selama ini, tapi karena Richard Parker meninggalkanku begitu saja. Hatiku hancur…”

“Ayahku benar, Richard Parker tak pernah melihatku sebagai temannya. Setelah semua hal yang kami lalui, bahkan ia tak pernah melihat ke belakang.
Tapi aku harus percaya ada sesuatu yang lebih di dalam matanya. Lebih dari refleksiku sendiri, menatap ke arahku. Aku tahu itu, aku merasakannya. Bahkan jika aku tak bisa membuktikannya.”

“Aku sudah banyak kehilangan…mungkin semuanya adalah kehidupan yang harus kulepaskan. Tapi apa semuanya akan selalu menyakitkan?"
"Tak sempat mengucapkan selamat tinggal… Aku tak sempat mengucapkan terimakasih pada ayahku untuk semua pelajaran yang aku tahu darinya. Untuk bilang, bahwa tanpa pelajaran darinya aku tak mungkin selamat. Aku tahu Richard Parker adalah Harimau, tapi aku berharap bisa mengatakan; ‘Its over and we’re survive. Terimakasih karena telah menyelamatkan hidupku. Aku menyayangimu Richard ParkerKau akan selalu bersamaku. Tapi aku tidak bisa bersamamu…”

Kuulang berkali-kali bagian itu. Kuperhatikan kata demi kata yang diucapkan Pi. Kurasakan kesedihannya. Kumengerti kekecewaannya. Tapi aku masih belum bisa menjawab, apa perasaan ini…mengapa aku merasa begini??

And I found it in the book later. Here some for you :
‘Penting dalam hidup ini untuk mengakhiri segala sesuatu dengan semestinya. Hanya dengan begitu kita bisa merelakan. Kalau tidak, hati kita terbebani oleh penyesalan, oleh kata-kata yang mestinya diucapkan, tapi tak pernah tersampaikan. Perpisahan yang tak tuntas itu meninggalkan kepedihan yang masih terasa hingga hari ini.’ - Pi

Dan aku mengerti perasaanku kini. Do you?

Aku tak mengatakan benci atau cinta. Aku tak mengatakan tidak atau iya. I didn’t say blessing or not blessing. Aku menyesali semua yang baik itu berakhir tanpa salam terakhir.
Aku seperti Pi, yang mungkin ingin mengucapkan terimakasih untuk semua hal indah yang pernah terjadi, untuk semua pengalaman hidup yang mendewasakan..yang membuatmu baik dan menjadikanku juga baik, untuk kekuatan yang pernah saling dibagi, untuk sedih yang pernah saling ditangisi…

‘Sangat menyedihkan perpisahan yang tak disertai ucapan selamat tinggal’ - Pi

I already know before you tell me the story. I don’t know which is true, but that’s not the point. You'll never know until you try to understand the importance of respecting people’s feeling who have been you care.

Minggu, 03 Februari 2013

Semua akan indah pada waktu-Nya..


Beberapa hari yang lalu, seorang teman bbm dan menawariku untuk apply menjadi direktur sebuah LSM. Whaaatt?? Nggak salah tulis, nih? Director (sutradara) mungkin? Tanyaku. Tapi si temen kekeh bilang, Direktur. Oh, oke. Beberapa hari setelah itu, aku baru bisa membuka email darinya yang berisi attachment 'undangan' untuk melamar menjadi Direktur itu. Recruitment terbatas, dan aku dia rekomendasikan karena dianggap pantas. Hemm..sik..sik..ojo kesusu :D

Membaca attachment undangan menjadi Direktur itu, aku jiper sendiri. Di situ ditulis kalau calon direktur ini harus punya integritas, ide-ide baru, dan mampu mengangkat potensi 65 juta remaja di Indonesia. Wow! Ini nggak main-main. Ini serius. Yang bikin sedikit 'tenang' adalah fakta bahwa bidang atau media yang digunakan LSM ini sudah akrab dengan keseharianku, yaitu media audio visual. Secara teknis, aku bisa, tapi jadi seorang direktur itu berarti jadi pucuk pimpinan yang harus bisa memimpin bawahan2nya plus 65 juta remaja di Indonesia! Memimpin di sini bukan hanya secara teknis tapi non teknis juga, mental dan sikap. Ya toh? Hyungalah...

Tiba-tiba, yang ada di pikiranku bukan lagi persoalan jadi melamar atau tidak untuk posisi Direktur itu, tapi hal lain yang membuatku realize kalau untuk menikah pun, aku belum siap....
Sudah sering aku dengar, kalau kesiapan menikah untuk setiap orang itu beda2. Kadang yang kita lihat, belum tentu yang dirasa si orang itu. Kadang kita bertanya2, mengapa si A, si B, yang kelihatannya sudah mapan, dewasa, matang...belum juga menikah, tapi si C, si D, yang masih muda dan belum begitu mapan karirnya sudah berani menikah. Jelas, mereka memiliki jawaban dan alasannya masing2. Sepenuhnya aku menghormati hal itu. Sepenuhnya juga aku memahami mengapa beberapa orang masih tak mengerti dan 'memaksa' kita untuk segera menikah dengan alasan kepantasan dan kelayakan menurut 'ukuran' mereka :)

Ketika aku membaca 'syarat' menjadi Direktur itu, aku menanyakan pada diriku sendiri, mampu atau tidak. Yang tau kemampuan dan potensi kita, ya diri kita sendiri, maka aku mulai menanyakan 'kekuatanku'.
Q : "Kamu nanti harus mimpin anak buah, loh"
A : "Bisaaaa. Setidaknya sudah kujalani hal seperti itu.."
Q : "Tinggal di Jogja?"
A : "Mau banget!"
Q : "Ini nirlaba loh.."
A : "i know... bisa dipikirkan nanti..toh aku masih bisa bekerja yang lain juga.."
Q : "Menghadapi birokrasi, orang2 tua..?"
A : "Gampaaang..toh, nanti ada teman2 yang membantu.."
Q : "Ada jutaan remaja yang melihatmu, menunggu aksimu, mungkin 'bergantung' harapan padamu.."
A : "mmm..."
Q : "Kamu tuh kecil, masih kaya anak2. Butuh sosok keibuan atau setidaknya dewasa untuk 'memimpin' mereka. Look at your self!"
A : "...."
Q : "Direktur kok cengengesan, ngetwit asal, senenge dolan...ah, rung pantes dadi conto!"
A : -----------
Q : "gitu aja, kok ya mau nikah! Tanya hati kecilmu, bisa nggak handle anak kecil yang nangis, yang sakit, yang butuh di didik? Allah nggak bakal ngasih kalau kamu belum siap. Sekeras apapun kamu teriak 'SIAP' tapi hati kecil dan Tuhanmu nggak bisa dibohongi!"
A : :(

Aku males melanjutkan tanya jawab sama diriku sendiri ini... Makin banyak nanya, makin jiper aja. Lambat banget ya, perkembangan hidupku. Mau dewasa aja susah. Mau siap nikah aja susah. Mau berani menjalani hidup seperti orang dewasa lainnya aja susah.
Ya memang, aku masih 'enggan' kalau harus direpotkan dengan bayi atau anak kecil, tapi kan siapa tau kalau anak sendiri, enggak. Ya kan?? Aku juga ogah kalau harus bersikap ala ibu-ibu itu. Sangat bukan aku! Cara berpakaian, sikap, dan gesturku itu nggak dewasa banget, lah. Cant explain this, tapi kamu pasti tau maksudku. Gimana aku bisa 'memimpin' anak-anakku kalau mbayangin memimpin remaja2 di luar sana aja aku ragu. Belom lagi harus mempertanggungjawabkan pekerjaan pada jajaran direksi, komisaris, atau owner secara langsung. Kalau mbayangin itu aja masih sulit, gimana mau mbayangin ngadep mertua dan bertanggungjawab untuk bersanding setia sama anaknya... *fiuh!

Ini sama kaya jamannya cari2 kerja dulu. Tuhan ngasihnya bertahap untukku. Tapi pada akhirnya aku realize, kalau itu semua disesuaikan dengan kesiapan diriku. Sebenarnya setiap kita, menyadari banget kapan benar2 siap akan suatu hal, kapan belum. Dulu, ketika melamar kerjaan di perusahaan2 besar di Jakarta, selalu terselip rasa khawatir, akan mampukah aku bekerja di situ, di kota yang jauh dari keseharianku, dan beneran gak berhasil. Trus, aku mulai 'mengerucutkan' pilihan, untuk melamar ke bidang/perusahaan yang aku minati dan sesuai dengan latar belakangku, yakni media. Tapi tetep aja, ketika melamar ke TV-TV nasional saat itu, masih terselip ragu, bisa nggak ya....mampu nggak ya dengan 'ilmu' segini...cukup nggak ya dengan modal tabungan segini... dan beneran, nggak lolos juga.
Sampai suatu masa, setelah aku ngerjain banyak program tv (meskipun skala lokal), setelah aku makin banyak mengerti tentang bekerja di media, setelah aku mulai merasa cukup tabungan untuk (misalnya) dibawa ke Jakarta, setelah aku merasa pede dengan penampilan dan sikapku untuk bekerja di kota besar, setelah aku merasa 'stag' dengan yang kulakukan di kantor lama....Allah mengabulkan doaku, aku diterima bekerja di tv nasional dan merantau ke Jakarta. Entah darimana rasa 'siap' itu muncul, aku hanya merasa siap aja!  Dan itu memang indah dirasa... :D

Sekali lagi, ukuran kesiapan setiap orang itu beda-beda. Semua itu dipengaruhi oleh mental, emosional, spiritual, latar belakang sosial, pendidikan, dan pengalaman hidup. Lalu mengapa harus memaksa jika Tuhan belum berkata, iya?!

Minggu, 26 Agustus 2012

The Fake Man

Kebodohan laki-laki adalah tidak pandai menyimpan rahasia.
Kebodohan perempuan adalah mudah percaya pada lelakinya.

WHAT IF....
Seseorang yang (pernah) kamu sayang, dan memberikan nama kesayangan untukmu, ternyata juga melakukannya pada orang lain?
Dan tak cukup panggilan, tapi juga lagu-lagu yang pernah ia 'berikan' untukmu, quote gombalan untukmu, atau status-status di media socialnya untukmu......ternyata juga ia berikan pada orang lain. Kira-kira ia ada di level orang palsu tingkat berapa??

Aku tahu hal ini sejak lama tapi tak peduli sampai ketika kutahu semakin banyak saja kebohongannya. Well, 3 hal yang aku rasa :
1. Tersinggung dan kecewa
2. Bersyukur karena lebih dulu tahu
3. Kasihan sama perempuan itu...

Huft! Sekarang doa kuat2, semoga gak tergoda lagi untuk mengingatnya!


*this is for somebody who call you "Hun", who sent u a message "If a guy pauses his PS3 just to text u back, marry him", and who ever said you were "the best option"*

Eat that!! :p


Minggu, 25 Desember 2011

KALEIDOSKOP HATI 2011

Beberapa hari lagi tahun akan berganti. Cepat sekali tahun berlalu. Umur bertambah, usia berkurang:). Tahun ini ada banyak pencapaian ada juga kegagalan. Kerjaan Alhamdulillah lancar, percintaan masih up and down :p
***


Selain program regular (Ala Chef) tahun ini lebih banyak pikiran yang tersita untuk ngerjain program-program blocking time. Sampe akhir tahun ini ada 5 blocking time yang one off dan 1 yang masih berkelanjutan hingga Februari tahun depan. Alhamdulillah masih dipercaya dan masih bisa ngerjainnya bareng temen2 yang super hebat!:))
Tahun ini juga coverage dua acara musik blocking time dan ngerjain dua pilot program baru yang salah satunya segera tayang. I promise u guys, it will be a great program with new icon for Indonesian public figure! ;)

Tahun ini, teman-teman kantor banyak yang resign. Teman satu tim yang paling bikin rasa kehilangan itu ada :( Semoga kalian sukses dengan kesibukan barunya yaaa… *hugs*.


How about me? Yeaa…ada promosi jabatan yang ditawarkan, tapi kalau ada yang lain yang lebih menggiurkan, I’ll say goodbye too! :p
***

Tahun ini juga lumayan banyak liburannya hehe….meski masiiih aja rasanya kurang. Bulan April liburan ke Bali, Juni ke Belitung, September ke Singapore. Liburan itu bikin kamu kaya hati dan pikiran. Kamu akan dapet pengalaman tentang kehidupan, tapi itu kalau kamu ‘pinter’ melihat sisi-sisi di balik liburannya. Asiknya jadi singlewoman seperti aku adalah bisa pergi kemana pun, kapan pun, tanpa ada yang membebani. Hummm, mungkin budget aja yg agak membebani haha... Tapi pengalaman itu memang kadang2 harus 'dibeli'. Uyeaah!:p *ceksaldotabungan*


Dan liburan itu penting sodara-sodara! Terutama untuk healing your broken heart…. #eaaaa :p
***

Masuk di kwartal kedua tahun ini, ada cinta hebat yang menyapa….*uhukuhuk* :p
Nggak lama sih, tapi hebat…bisa mengukir kisah khusus di hidupku. Menciptakan pengalaman hati yang berbeda. Kapan usainya? I’m not sure. Yang kutahu, saat itu kami sedang saling menahan diri agar tidak saling menyakiti dan menetralkan apa yang semestinya tak terjadi, tapi belakangan baru ketahuan kalau telah ada yang lain diantara kami, saat kupikir dia sedang memperbaiki diri. Hiks… :(

But it's oke...pada akhirnya aku bisa senyum atas itu semua. Sebuah pengalaman luar biasa!:)

Dan masih ada my beloved kakak yang menjadi tempat menumpahkan air mata. Mantan tersabar yang baik hati, yang gak pernah komplen dan rela digangguin adek manjanya ini:p
You know Kak, mungkin cintamu pernah kalah sama yang lain, tapi pedulimu untuk menjaga perasaanku masih nomer satu! #eaaaa….. hahahaa… *janganmuntahyabacanya* :D
***

Tahun ini banyak punya cerita tentang cinta segitiga. Cerita orang lain maupun cerita sendiri.. *ups!*. Senang menjadi tempat curhat teman2 yang punya cinta segitiga, karena aku jadi kaya pengalaman! Ada juga pengakuan 'cinta' dari seseorang..thanks ya, tapi rasaku hanya sahabat kepadamu...dari dulu...jadi biarin deh, tetep seperti itu!;)


Ada juga mantan yang kembali deket, but hey...aku gak mau mengulangi kesalahan yang sama. Biarkan kisah itu indah karena hanya bisa dikenang saja. Respect to you and your kindness :)

My mysterious man (kalian jangan bingung ya, ada banyak orang kuceritakan di sini dengan sebutannya masing2:p) pernah bilang, “Di kota besar seperti Jakarta, akan sangat gampang seseorang yang telah menikah memiliki cinta baru. Kedekatan dengan rekan kerja, kedekatan yang iseng-iseng saja, biasanya malah jadi. So, coba deh kamu iseng2 tanpa tendensi apa2 deket ke cowok, pasti malah jadi pacar..” Heuuu…jadi maksudnya nyuruh aku punya pacar baru, neh?! Hehehe….thanks supportnya ma bro!;)

Yeaa…like I said, delapan dari sepuluh suami di Jakarta (pernah) punya TTM (kalau gak mau disebut selingkuhan). Jangan menghujat dulu! Kalian harus tau kasus per-kasus baru boleh ngasih penilaian, walau pada akhirnya ‘cheatting’ dari pasangan adalah hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Kadang, dari TTM lah kita bisa punya semangat luar biasa untuk bekerja, punya hari-hari lucu yang bikin ringan untuk dijalani, punya waktu-waktu mendebarkan yang bikin adrenalin terpacu. Bener kan?! ;p
Lalu semuanya kembali pada dirimu sendiri, pada hati kecilmu, apa yang BAIK dan semestinya dilakukan. Pada akhirnya, menjalani komitmen dan mencintai keluarga adalah pilihan paling tepat untuk kembali. Ini pelajaran luar biasa untuk cinta. Pengalaman mahal untuk setia. Tempaan untuk hati kita. Kesempatan untuk menjadi lebih bijaksana.


Harus legowo mengakui, kalau tahun ini masih punya genre cerita cinta yang sama; mencintai tanpa bisa memiliki, saling cinta tanpa bisa bersama...
***


Bulan-bulan akhir di tahun ini, kesibukan membantuku tegar kembali. No regrets, semuanya sudah terjadi dan akan menjadi pengalaman hidup yang gak mungkin mudah dilupain. Nggak semua orang punya, makanya ini prestisious!:p


Nggak pernah ada benci buat orang2 di masa lalu karena sebenarnya mereka juga yang menguatkan hati. Aku masih punya banyak mimpi dan semangat untuk mencari kekasih hati kok!hehe… Semoga kalian bahagia dan aku pun bahagia :)

Mungkin lima, sepuluh, atau belasan tahun yang akan datang kita baru akan melihat seperti apa cinta itu sebenarnya. Tapi buatku, tidak menyakiti hati orang yang aku sayangi, termasuk keluarga, adalah cinta itu sendiri.



Makasih my beloved kakak, makasih my mysterious man, makasih all my sephia….last but not least, makasih my buddy, kamu paling colourfull mewarnaiku tahun ini!:)

*Selesai ditulis pas lagunya SO7 - Pasti Kubisa di playlist:)




Senin, 31 Oktober 2011

When I get down...

Ini tetap hari Senin. Semua orang tetap sibuk dengan urusannya, Jakarta tetap macet, dan aku masih bekerja di kantor yang sama. Tapi untunglah ini sudah hari Senin, setelah Sabtu-Minggu yang bikin kelu...


Kamu pernah merasakan 'down' dalam hidup? Yeah, kupikir hampir semua orang pernah merasakannya dengan macam-macam penyebab dan tingkatan. Jadi ketika kemarin aku (kembali) merasakan yang namanya 'down', salah satu yang kukejar adalah kata-kata; "ini sudah pernah dan pasti akan berlalu".


Gemeter, tulang serasa lepas, perut mual, dan mata panas. That's what happend to me on those days. Mengetahui kenyataan yang bikin perasaan gak karuan....


Ada sedih, kecewa, kesal, marah....semua jadi satu. Tapi apapun itu, cuma diri sendiri yang bisa mengatasinya bukan?!


Alhamdulillah, ini sudah Senin. Syukurlah, aku bisa melewati hari kemarin. Pastilah pedih dan perih itu masih ada. Sesekali juga masih terasa. Tapi untung banyak hal yang menguatkan, membuatku melepas kemarahan dan berdamai dengan keadaan.


Melepas kemarahan itu gak mudah loh, apalagi buat seorang cewek yang mood nya bisa berganti hanya dalam hitungan detik. Tapi aku bisa, kok! Aku bisa! :))


Last, makasih buat seseorang yang melarangku menangis kalau tak sedang bersamanya. Makasih karena tak pernah komplen atas semua sikapku. Makasih untuk ketulusan menyayangi meski tau tak akan pernah memiliki.... :)

Sabtu, 25 September 2010

Once Upon a Time in Ur Life...

Hidup itu menarik kalau kau punya rahasia!
Hidup itu seru karena kau punya masa lalu!
Hidup itu menawan kalau kau punya harapan untuk yang akan datang!

Well, sometimes..life doesnt run like we want.., but dont worry, be happy.
Dont really think about anything at all...
When you down, you just need to handle it!
No one can ruin you!;)

Sabtu, 10 April 2010

CINTA OH CINTA!

"Apakah kamu sayang sm Sheila?"
"Waduh...gimana ya, Sheila wanita yg kuat...hebat...bla..bla...anyway, Rini jg wanita hebat!"
Sepenggal wawancara infotainment dg Anjie 'Drive' di TV.

Bukan kapasitas siapapun utk memberi label benar - salah atau jagoan - pecundang buat Anjie. Masyarakat, khususnya pemirsa tv, sudah bisa menilainya sendiri.
Tidak mudah berada di posisi Anjie, Sheila, maupun Rini. Dan tidak ada orang yg menginginkan keadaan seperti itu. Saya sendiri sbg pemirsa tv hanya bisa ikut berempaty dg kisah mereka. Kalau saja mereka bukan public figure, pasti semua akan menganggapnya biasa saja, toh cerita seperti itu memang banyak terjadi di sekitar kita, bukan?!
Tapi saya suka dg jawaban Anjie, yg tidak langsung meng-iya-kan atau men-tidak-kan ttg perasaannya terhadap Sheila. C'mon....cinta dan sayang itu proses. Anjie jujur utk hal ini. Sheila juga cukup bijak dengan tidak memaksa Anjie menikahinya, karena dia tau...hati Anjie bukan untuk dia, dan hatinya juga bukan untuk Anjie. Mereka melakukan kesalahan? Mungkin... toh, manusia tak luput dari khilaf. Daripada menikah hanya untuk status, trus cerai...(ingat kisah Ariel, Sarah Amalia, dan Luna Maya?) mendingan menunggu orang yang tepat bukan?? Cinta nggak bisa bohong, teman!:)
Tadi pagi, lihat KD mengungkapkan 'kejujuran' ttg kisah cintanya di tv. Rupanya sekarang pada nyadar ya, kejujuran bagaimanapun pahitnya tetap lebih baik daripada kebohongan yang disimpan :). Paling nggak, bikin hati tenang karena tidak memunculkan kebohongan2 baru (?).
Kalau tau bakalan runyam, pastilah Anjie, KD atau yang lainnya akan berpikir seribu kali untuk berlaku seperti itu. Tapi andaikan mereka sadar sepenuhnya akan runyam pun, bisa aja mereka tetap berlaku begitu. Balik lagi yang namanya manusia, nggak bakal belajar kalau nggak ngalamin langsung! hehe.... Intinya, selalu ada celah buat yang namanya salah, menghampiri kita. Itu fitrah! Kalau mau suci, pastilah kita ini malaikat semua. Kalau kita bisa tahan godaan, barulah hebat namanya :).
Ah, cinta....selalu punya banyak cerita. Gimana dengan kisah cintamu, teman? :)

Kamis, 31 Desember 2009

ADA DUKA DARI PULAU NIAS

Seorang ibu membantai 5 anaknya hingga tiga diantaranya meninggal dunia. Penyebanya : sang suami berniat membawa anak-anaknya merantau untuk memperbaiki nasib, sementara dirinya ditinggal. Salah satu anak mereka yang berusia 8 tahun terus2an mengejeknya (si ibu) dengan sebutan gila!
Guys, sudah bisa membayangkan situasinya?

Dari berita yang kubaca , mereka memang keluarga miskin, tinggal di pedalaman yang bahkan kendaraan roda dua pun tidak bisa melaluinya. Si ibu (atau mungkin seluruh anggota keluarga itu) tidak pernah bersekolah. Saat diwawancara wartawan dengan bahasa daerah setempat, tak tampak penyesalan si ibu, dan jawaban2nya pun begitu polos. Dua anak yang selamat dari pembantaian pun menangis dan menatap penasaran kepada wartawan yang menjenguknya.
Bisa kau rasakan situasinya, guys?

Miris dan sedih baca berita itu.
Guys, bisakah kau rasakan...betapa sakitnya hati seorang ibu yang dihina-hina oleh anaknya dg sebutan gila? Bisakah kau bayangkan ketakutan yang dirasakan seorang perempuan, seorang ibu yang akan ditinggalkan suami dan anak-anaknya dalam kemiskinan? Dia tidak pernah mengenyam bangku sekolah, guys. Dia hanya bisa mengikuti keadaan dan alur hidup yang mengungkungnya dalam kemiskinan....melahirkan banyak anak...mengurusnya setiap hari tanpa bisa memberikan kelayakan ilmu, iman, kesopanan dan kecukupan makan... dia gak sekolah, guys!!

Fonaha (8th), anak yg malang...terbunuh oleh ibu yg mengandung dan melahirkannya. Dia mungkin tak tau, menghina orang tua itu tidak baik dan tidak boleh. Pelajaran budi pekerti teramat jauh baginya...sejauh rumah mereka yang tak tersentuh kemajuan peradaban. Fonaha mungkin teramat girang hendak dibawa ayahnya merantau, hingga ibu 'menyedihkan' yg ia punya menjadi semakin tak berarti baginya....harapan kesenangan yg selama ini tak pernah ia kenyam, terlampau indah untuk dibayangkan.

Kita yang bersekolah, yang katanya mengerti budi pekerti, yang katanya memiliki agama, yang katanya selalu bertindak manusiawi, yang sering menyisakan makanan hingga terbuang, yang dimanjakan oleh fasilitas kemajuan, yang ngakunya sudah banyak beramal, yang diajari bagaimana menghormati yang tua dan menyayangi yang muda....harusnya malu dengan berita duka dari Nias ini. Ternyata, kita tak berbagi! Ternyata, kebaikan2 itu hanya milik kita sendiri...dan kita tak meneruskannya pada yang lain. Tak menyampaikannya pada saudara2 kita yang ada di tempat nun jauh di sana....bahkan dengan secuil do'a pun! :(

Semoga, rasa keadilan yang berke-Tuhan-an yang akan menentukan dengan bijak hukuman bagi Siati Nduru, ibu 'menyedihkan' yang 'terpaksa' membantai anak-anaknya yg malang....

p.s
Duka juga menyelimuti bangsa ini untuk kepergian mantan presiden RI ke-4, Gus Dur, yg telah menorehkan indahnya menghargai keberagaman. Innalillahi wa innaillaihi rojiuun...

Sabtu, 06 Juni 2009

BELAJAR PADA PEJUANG KEHIDUPAN


Tiga tahun terakhir, waktu pulang kantorku hampir dipastikan menjelang tengah malam. Kalupun bisa sampai di rumah sebelum jam 10, itu termasuk ‘pulang sore’ buatku. Untungnya, ada fasilitas antaran mobil dari kantor. Kalaupun aku harus mendapat giliran diantar terakhir, nggak begitu masalah, toh nyaman dan aman hingga depan rumah.

Pada setiap perjalanan pulang itulah aku menyaksikan berbagai perjuangan hidup.....

Apa yang kau pikirkan, saat melintas pada sebuah sisi jalan remang-remang, dimana deretan perempuan asli dan jadi-jadian dengan sikap, dandanan, dan pakaian yang ‘mengundang’, terlihat mematung menahan dinginnya udara malam dan mungkin juga nyamuk-nyamuk yang menyerang badan yang tak terbalut rapat, hanya untuk menunggu datangnya satu..dua..atau tiga laki-laki yang mau bertransaksi nafsu namun tak kunjung datang?

Apa yang kau rasakan, saat melewati seorang penjual kacang rebus dengan gerobak dorongnya di jalan kampung yang semua rumah sudah tertutup rapat, lampu-lampu rumah telah dipadamkan, penghuni-penghuni rumah telah bermimpi?

Apa yang ada dalam hatimu, saat akan membuka gerbang rumahmu, dan penjual siomay keliling dengan sebuah panci di boncengannya, sebuah lampu minyak diantara botol-botol sausnya, masih saja membunyikan bel sepeda tuanya sebagai tanda bahwa ia masih memiliki cukup stok siomay untuk dimakan siapapun yang lapar.... namun kau tau seluruh penghuni kampungmu tak ada lagi yang terjaga atau berminat untuk sekedar makan sepiring siomay seharga seribu lima ratus rupiah?

Manusia-manusia pagi tak kalah hebatnya dari manusia-manusia malam itu...

Ketika jalanan belum disesaki, embun belum turun, dan mimpi-mimpi masih menggelayut pada tidur yang nyenyak, bapak tua itu sudah menarik gerobak sampah dengan tubuh condongnya, tertatih menarik tali yang dililitkan pada dahi, dan satu tangan yang terus saja memunguti setiap sampah ditemui... agar kalian yang nanti melihat terangnya kota ini merasakan pagi yang bersih dan indah lalu mengotorinya lagi!

Lalu pagi ramai dan berisik! Ibu itu membawa satu termos air panas, setumpuk gelas plastik mirip gelas air mineral, satu renteng kopi kemasan instant, menunggu di kelokan jalan yang tidak strategis, berharap ada manusia-manusia mengantuk yang mau menukar uang seribu...dua ribunya dengan ramuan ‘anti kantuk’nya itu. Banyakkah yang mau? Tidakkah orang2 kota itu selalu berpikir curiga, higienis, dan penuh gengsi?

Ketika matahari sampai pada puncaknya di atas kota ini, bapak tua bertopi, ‘berikat pinggang’ sebotol air mineral, memanggul dua buah tangga dari bambu, menyusuri kampung demi kampung, menawarkan adi karyanya itu...dan tak ada yang mendengar karena ia berteriak dalam diam, kira-kira kapan ia akan melepaskan harapannya pada sebuah penawaran yang tak lebih dari dua puluh ribu rupiah? Bisakah hari itu juga? Tidakkah petang segera datang? Sabarkah istri, anak atau siapapun miliknya tersayang menunggu jerih payah hebatnya hari itu?

Ketika debu-debu kembali melumuri dua pasang sepatu bekas, dua pasang sendal bekas, beberapa potong baju bekas yang digantung rendah pada tiang listrik dan batang pohon palem tepi trotoar, bapak tua itu tetap rajin menyapukan kemocengnya....dan barang-barang itu kembali ‘bersinar’, harapannya kembali melambung...akan ada orang yang membeli dagangannya itu, yang selalu sama jumlah dan jenisnya dari hari ke hari....

Dan aku tak pernah menemukan wajah-wajah yang murung, duka atau ragu pada mereka.

Minggu, 08 Maret 2009

YUDISKA

Redaksi Sore - Trans7, 8 Maret 2009
Namanya Yudiska. 10 tahun, perempuan kecil yang terlihat seperti anak laki-laki. Sekujur tubuhnya bersisik. Miskin...tak mampu berobat. Malu dan tak ada kawan yang mendekat.
Setitik air mata yang tak lagi mampu ditahan, akhirnya ia jatuhkan....

...turut menangis untuk Yudiska...
Ya Allah, ringankan beban penderitaannya....

:(

Minggu, 22 Februari 2009

KITA

Apa yang dibutuhkan oleh seseorang yang curhat?
Jawabans :
1. Pembenaran
2. Dukungan
3. Didengarkan
4. Saran
5. Mencari Perhatian

Mari...mari curhat sama saya...siapa tau saya bisa curhat juga sama anda!:)

Kadang, jalan hidup tak sesuai harapan, tak seindah di angan, tak semudah impian. Ces’t la vie! Karena hidup ini bukan milik kita. Hidup kita adalah pemberian. Mari belajar berdamai dengan keadaan.

Aku ingin mendengarmu bicara panjang dan lama...
Tentang apa saja, tentang siapa saja, bagaimanapun caranya.

Aku ingin melihatmu tertawa, bahkan terbahak!
Mungkin karenaku, mungkin karena cerita kita, mungkin karena mereka...karena apapun!

Dan saat itu terjadi, aku yakin kau baik-baik saja! ;>

Teman, kawan, sahabat, kekasih...atau apapun sebutanmu, aku senang kita bahagia!! :D

Jumat, 02 Januari 2009

PERCAKAPAN

Anak : Ibu, rakyat Israel mengutuk serangan negaranya ke Palestina...lalu, siapa yg menyerang itu?

Ibu : mungkin pemerintahannya...pemimpin mereka....

Anak : bukankah pemerintah dan pemimpin itu bekerja untuk rakyatnya? Lalu kalau rakyatnya tidak setuju, mereka bekerja atas nama siapa?

Ibu : emm...diri mereka sendiri...mungkin... (jawaban si ibu lirih)

Anak : Ah, mereka salah kalau begitu! Menyalahi aturan itu, Bu! Mereka mengingkari rakyatnya!!

Ibu : Sudahlah, Nak...itu masalah mereka!

Anak : Ibuuu..kan ibu yang mengajarkan aku untuk selalu peduli?!

Ibu : .....

Anak : Oh, iya...kalau Israel itu jahat, mengapa Tuhan membuat rencana mereka kesampaian?

Ibu : Tuhan punya alasan sendiri, Nak...

Anak : Apa alasannya, Ibu?

Ibu : sangat kompleks kalau dijelaskan...

Anak : Hemm..mengapa Tuhan itu ‘rumit’?

Ibu : Tidak, Nak...hanya kita saja yang terlampau dangkal untuk bisa menyelami ilmu-NYA...

Anak : Tapi Tuhan Maha Bijaksana dan Kuasa, bukan? Lalu mengapa orang tidak bersalah harus menderita? Mengapa IA tidak mencegah bom itu agar tidak jatuh dan meledak, Ibu?

Ibu : Mengapa tidak kau coba pikirkan hikmah yang terjadi dibalik semua itu saja, anakku?Hikmah bagi mereka yang bertikai, hikmah bagi kita...hikmah bagi dunia ini....??

Anak : Aku tahu, Ibu..tapi aku tetap tidak mengerti!

Ibu : Kadang sesuatu tak butuh dimengerti, cukup engkau yakini...dan pegang itu sampai mati!


(Percakapan seorang calon ibu dengan calon anaknya)

Rabu, 26 November 2008

APA PERANMU? INI WEDDING INVITATIONNYA!! :)


Tentu saja, ini bukan undangan pernikahan sungguhan! :)
Ini sekedar keisengan yang kemudian mendapat ‘kompor’ panas dari teman2 cantik saya di kantor (mamagaya-i mentioned ur name first..to show that u’re so ‘hot’! haha.., Nina Belle-the jontik one, Asha-my twin wannabe.hihihi, and Elke-de’mamangidams) yang meminta ‘undangan’ itu diposting. Hemm...pada gak sabar melihatku menikah, ya? Hehe...;>
***
Hari Minggu kemaren, saya melihat iklan di tv-produk susu kl gak salah-yang menggambarkan detil aktivitas seorang ibu, mulai dari mengandung, merawat anak, menjadi guru di rumah, perawat saat anak sakit, mengantar ke sekolah, teman saat bermain, pelindung saat di luar rumah, dll. Yang terbersit kemudian adalah, “oh..begitu ya, sosok ibu yang ideal...perannya besar dan banyak sekali.”

Tiba2 saya berpikir, kalau saat itu si ibu sedang menjalankan peran sbg ibu dg sebaik mungkin, apa ya yang dipikirkan si anak itu?
Mungkin kira2 seperti ini : si anak akan menjalani hari kanak2nya dengan sangat enjoy. Ia benar2 berperan sebagai anak, yang begitu menghibur, lucu dan didambakan orang tuanya.
Waktu berjalan, nanti si anak akan menjadi remaja-masa dimana seseorang merasa selalu diperhatikan penampilannya. Amati deh, anak ABG sering banget ke ge er an kalau tampil di muka umum. Untuk milih baju, aksesoris atau barang apa yang akan dibawanya pun mereka mikir seribu kali untuk satu alasan; harus matching biar gak malu2in! Di usia ini, si anak tetap berperan sbg anak dengan gejolak keinginan2 dalam diri yang mulai ada. Si ibu, tetap menjadi ibu (ortunya).

Tahun berganti, si anak akan jadi manusia muda (aku belum menyebutnya dewasa) sekitar usia SMA-Kuliah. Di masa2 ini, ia akan menjadi sosok yang senang memperhatikan atau mengamati orang lain. Liat cowok-cewek gandengan langsung bisik2, liat orang pake tas dg warna gak sama ma bajunya dikomentarin, liat rambut terbaru Agnes Monica-dibahas..pokoknya komentator fashion kalah deh! Umur segini, si anak masih berperan sebagai anak tapi sudah mulai punya keinginan2 besar. Ada yang mulai concern dengan pendidikan, hobi dan lawan jenis :). Si ibu, tetap menjadi ibu (ortu) yang mendampinginya berkembang.

Masa bergulir terus, kira2 sekarang si anak sudah berusia di atas 24 tahun (lulus kuliah lah) sampai sebelum menikah. Di masa ini, ia akan jadi sosok yang lebih cuek (bukannya gak peduli sama sekali, loh ya!) atas semua bentuk perhatian penampilan. Mau pake sendal jepit ke mal ato belom mandi sekalipun, mereka cuek. EGPC (Emang Gue Pikirin, Cuih! hehe..) sama komentar orang. Sebaliknya, mereka juga males memperhatikan dan mengomentarin penampilan orang lain. Pokoknya, sentra hidup adalah pada dirinya sendiiri. Peran sbg anak? Pasti tetap ada, tapi menurutku, inilah saat dimana si anak punya kesempatan untuk menjadi pribadinya sendiri. Pribadi utuh, mandiri dan bertanggung jawab. Masa dimana seorang anak mengejar semua mimpi pendidikannya, karirnya, hobinya, obsesinya dan semua tentang dia! Untuk apa? Untuk benar2 menjadi sosok manusia yang ‘pribadi’.
Emm..gimana, ya ngomonginnya.... Gini, di masa2 inilah seseorang ‘free’, untuk jadi makhluk Tuhan yg baik ato buruk, menjalani hidupnya sbg seorang hamba ciptaanNYA yang taat ato tidak, anak yang berbakti ato tidak, manusia yang berguna ato tidak, pribadi yang berarti ato tidak. Bener2 dirinya yang ‘BICARA’ dan menunjukkan itu semua. Paham? Sementara ibu si anak ini, tetap menjalankan perannya sebagai ibu.

Aku yakin ketika si ibu memandikan anaknya dulu, menyuapinya, membesarkannya, ia tidak punya tujuan hanya supaya anaknya menikah kelak. Yang ada di doanya adalah agar si anak menjadi ‘orang’ nantinya. Jadi manusia yang baik, mandiri, sukses, berguna bagi sekitarnya dan berbakti pada orang tuanya....karena nanti, anaklah yang akan balik merawat ortunya saat mereka tua nanti.

Lalu mengapa kita mengusik seseorang yang sedang tumbuh menjadi ‘orang’ dan pribadinya sendiri dengan sering..sering..dan sering bertanya; kapan kamu menikah? :)

Pastilah ia (si anak itu )akan menikah! Tentu saja SAAT JODOH, WAKTU, KESEMPATAN DAN KESIAPAN SUDAH DITANGAN! (Karena setelah menikah, seseorang akan ditanya kapan punya anak? Lalu kapan anak kedua, dst? Kapan anaknya sekolah-kerja-menikah? Kapan punya cucu? Kapan meninggal...ada yg berani nanya ini?? :p)
***

Nah, sekarang bisa gak sebentar saja kita melihat semua itu dari perspektif si anak; kasih kesempatan dia menjadi dirinya!! Membahagiakan dirinya dan siapapun yang ia mau! Melakukan apapun yang ia mau dan mampu! Menjalani manapun yang ia sanggup! Karena sebenarnya masa-masa ini tidaklah lama. Nanti saat ia memutuskan untuk menikah, perannya sudah akan berubah dan bertambah. Ia akan menjadi suami atau istri. Ia akan menjadi orang tua. Dan ini akan kembali berputar seperti yang saya lihat di iklan, minggu kemaren itu.

Bukan..bukannya ingin bilang bahwa menjadi orang tua itu gak asik. Suangat asik! (mungkin yaa, krn saya blm pernah tua, hehe) Bahkan saya terharu ngelihat iklan itu. Jadi orang tua itu membuat kita yang tadinya individu, pribadi..menjadi sosok yang berpotensi punya ‘arti’ lebih. Karena kita akan menjadi pembimbing manusia2 baru. Kita akan beribadah bersama pasangan dan keturunan kita yang potensial pahalanya lebih besar daripada dilakukan sendirian. Kita ‘balik’ akan disegani oleh anak2 kita. Kita akan punya tujuan lain membelanjakan penghasilan. Kita akan melihat senyum2 kebahagiaan saat bisa membelikan baju baru buat mereka, merasakan kebanggan melihat deretan piala anak2 kita, mengagumi kesantunan mereka... Adakah yang lebih berarti dari sebuah keberhasilan menjadi ‘orang yg berarti’?

Sekali lagi, ini bukan sikap apatis apalagi kekesalan atas semua pertanyaan sama, yang akhir2 ini sering dilontarkan ke saya tentang kapan menikah. Ini cuma pemikiran dini hari yang mencuat begitu saja, ketika menyadari banyak hal yang belum saya ‘selesaikan’ dan belum saya wujudkan dalam kenyataan. Ini adalah sebagian telaah saya atas keputusan Tuhan belum membuat saya menikah detik ini. Ini adalah bentuk lain wujud syukur saya pada Tuhan, karena saya tidak bisa membayangkan andai begitu lulus kuliah, kerja sebentar (bahkan belom lagi bisa menyenangkan ibu dan sodara2 saya) trus nikah dan mengurus keluarga. MANA BAGIAN UNTUK DIRI SAYA? KAPAN SAYA MENJADI SAYA?

Saya tidak mau ketika menjadi istri atau ibu nanti, ada kepayahan atau lebih2 penyesalan. Karena tanpa kita sadari, saat sudah menikah nanti, kita tidak menjadi diri kita sendiri lagi sepenuhnya. Ini alamiah dan memang sudah seharusnya begitu. Karena kalau ‘memaksa’ porsi individu/pribadi kita tetap banyak, ya keegoisan yang ada. Tatanan keluarga bisa kacau karenanya.

Jadi, intinya..nikmati peranmu yang ada saat ini! Kalau memang harus jadi anak sekolah, jadilah anak sekolah yang baik-yang berprestasi agar orang tuamu senang! :) Kalau sedang menjadi ibu atau ayah, ya jalani dengan senang. Kalau belum dikaruniai anak, ya terus usaha dan berdoa..gak perlu panik dg omongan orang yg mengusik. Kalau sedang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, ya lakukan dengan ikhlas. Kalau sedang menjadi jomblowan ato jomblowati pencari cinta sejati, ya nikmati dan terus mencari!:p Kalau sedang mencari saya....emm...pastinya ada di lantai 8 transtipi! Hahahaha....

So, masih sabar menunggu undangan nikah, saya kan?! ;>

Selasa, 07 Oktober 2008

FRIENDSHIP - LEBARAN - DAN REUNIAN

Sudah nonton film Sex And The City?
Bukan film baru sih, aku juga beberapa bulan lalu nontonnya, ngacir dari kantor sama temen2 ke Hollywood KC dan antri panjaaaaaaaaaaaaaaanggg benjet! Hehe....
Bukannya mau me-review film itu sih, cm ingin menggarisbawahi, bahwa itu adalah salah satu film yg menggambarkan tentang persahabatan dan ‘ngena’ di hati! Inget gak, waktu Carry (Sarah Jessica Parker) mukul calon suaminya yg ‘ngabur’ karena merasa ragu utk menikah, lalu teman2 Carry datang memeluk dan ‘membela’ Carry? Owwh....berasa banget berartinya teman..sahabat disitu.

Jadi inget, kayanya di setiap tempat atau lingkungan, aku selalu punya teman akrab. Teman yg saling membela. Teman wara-wiri kesana-kemari :D

Waktu TK, temen akrabku adalah cowok kecil gendut yg rumahnya depan rumahku dan selalu menghampiri saat berangkat sekolah. Namanya Bayu Pamungkas (where are you?). Saking akrabnya, dulu waktu aku pindah ke Jogja, kami selalu aktif berkirim kabar lewat surat. Tulisan ceker ayam dengan pinsil di selembar kertas buku tulis itu terasa hebat sekali. Padahal apa yg kami tulis standar dan selalu itu dan itu saja. Diawali dengan tanya kabar, balik mengabari bahwa diri kita berkabar baik - sehat wal afiat, lalu tanya sedang apa, kapan maen bersama lagi serta rangking berapa di sekolah. Setelah dirasa hampir penuh satu halaman, suratpun akan ditutup dg kalimat2 yg jg standar dan itu2 saja... kiranya sekian, pantun empat kali empat sama dengan enambelas, lalu salam, tanda tangan dan nama terang.
O, iya...satu lagi, pasti ada tulisan “ n.b “ alias nambah di bawah halaman surat. Entah sekedar mengingatkan suatu hal atau wanti2 untuk segera membalas:) Aku lupa kapan persisnya surat menyurat itu berakhir, mungkin ketika kami mulai sama2 menemukan teman2 akrab yg baru.

Saat SD di dekat rumah simbok, aku punya teman akrab yg kupanggil ‘Bakmiyatun’ . Padahal yg bener ‘ Mbak Yatun’. Entah siapa nama panjangnya. Dia sahabat yg hebat. Lingkungan baru super asing yg kuhadapi terasa menenangkan jika bersamanya. Sosoknya melindungi dan terasa lebih dewasa meski kami sebaya. Kalau ia ke sekolah tanpa alas kaki, aku pun akan merengek minta ijin ibuku utk tdk bersepatu juga. Nyaman sekali menapaki jalan tanah di kampung menuju sekolah dg telapak kaki terbuka, yang disetiap pengkolannya kami bertemu teman2 satu sekolah juga. Tapi jangan harap kami mau jalan bareng kalau ia laki2, ya! Khusus perempuan saja!:)

Di SD berikutnya (dekat rumah Pakdheku), aku punya teman akrab namanya Sutrah. Rambutnya panjang sepantat, yg kalau habis keramas akan tergerai lepas, tapi kalau tidak, akan dikuncir tinggi...haluuss sekali karena diminyaki. Badannya lebih besar dariku. Sosoknya juga lebih kalem dan dewasa. Pintar mengaji karena keluarganya jg sangat Islami. Dulu, kalau habis olahraga, biar bisa jajan macem2, aku dan teman2 yg lain sering nyuri waktu ke rumah Sutrah yg gak jauh dari sekolahan untuk sekedar minum bergelas2 air putih. Dengan begitu, kami bisa menggunakan uang saku yg ada untuk beli es sirup, ciki, arem2, permen, gulali, atau makanan ringan yg lain. Managemen uang ternyata sudah kulakukan saat itu hehehe...

Di SMP, aku punya dua sahabat dekat. Yang satu namanya Fina Alfiani. Dia bener2 tipe cewek yg bikin ‘iri’. Bayangkan, Fina ini cantiknya bukan main. Ia juga sangat pintar, baik hati dan anak orang berada. What a perfect life?:) Tiga tahun aku duduk sebangku dengannya.
Satunya lagi bernama Purwani Utami. Aku memanggilnya Mbak Uut, karena sebelum satu SMP, aku sudah lebih dulu mengenalnya di lingkungan rumah (yg baru saja kami tinggali, waktu itu). Uut inilah yg akan ‘melaju’ bersamaku hingga SMA-kuliah-menikah-selamanya (amiin), karena kami sudah seperti saudara. Orangtuanya baiiikkk banget. Sudah kuanggap ortuku juga. Bersama Fina & Uut, jiwa ABG ku berkembang saat itu. Masing2 punya cem-ceman. Tiap hari gak terlewati tanpa ngerumpi. Apalagi kl bukan tentang si doi yg menggetarkan hati?! Hwuakakakakakk....

Sekolah SMA di kota Jogja, membuatku harus ngekos. Itulah kali pertama aku mulai hidup ‘jauh’ dari orang tua. Teman kamarku, ya Uut tadi. Di sekolah sendiri, terasa makin banyak teman yg bisa diakrabi. Ternyata jadi siswa SMA, pikiran dan diri kita lebih terbuka. Kita bisa bersahabat dengan banyak orang:) Begitu juga ketika kuliah. Selain tetap sekos-kosan dg Uut, teman2ku di kampus juga dekat semua. Semua bernilai sama, sepertinya. Tapi, ada sih yg paling dekat....yaitu, ketika yg namanya ‘pacar’ mulai hadir di keseharian;) Dan saat itu terjadi, ada sekian persen waktu bersosialisasi kita yg tersita untuk bersama pacar bukan? Jadi sebenarnya, pacaran itu menguntungkan tidak? Hehehehe....

Lingkungan akademi berganti dengan lingkungan kerja. Di beberapa tempat kerja yg pernah kusinggahi juga banyak teman2 dekat yg sangat berarti. Masing2 memberikan warna yg berbeda. Dan semakin kesini, yg namanya friendship itu terasa semakin berarti. Ada banyak cerita, kesedihan, kesenangan dan ‘kegilaan’ yg bisa dilakukan bersama temans. I love it!

Libur lebaran, biasanya aku manfaatin untuk bertemu teman2 lama. Entah kunjungan perorangan (dikunjungi ato mengunjungi) atau barengan. Semakin kesini, setiap orang punya kesibukan yg makin kompleks. Jadi tren kunjungan perorangan mulai diganti kumpul2 bareng atau reunian saja. Simpel, singkat, padat!
Dan kemaren, Amplas Jogja kembali menjadi saksi bisu (halah...) berkumpulnya orang2 ‘awal’ di JogjaTV. Ada yg udah punya anak, ada jg yg masih jomblo (ehem!). Senangnya bisa mengenal ‘orang2 baru’ dikehidupan teman2ku itu. Ada banyak cerita, ketawa, kenangan dan kenarsisan hehe...ini buktinya (punten, hasil fotonya pada blur :( Catuuur, minta foto dr kameramu duunkss!!):






(Ringkasan cerita dibalik reuni : Siska -with her husband & Hanin, the daughter- came first..., then me, Bhagas and Pascal's family -Mba Wulan & Ken. Felix's family -his wife & Dayus, the son- coming then, while Siska should be gone. And the last joined was 'mr.black' Catur. Army sempet respon SMS mau datang kalau bisa, tp mungkin krn sedang hamdan alias hamil badan hehe...atau suatu hal, jd gk bisa. Dwi gk mudik, jd ya gk dtg. Poppy pengen ikutan, tp ada acara keluarga ke Solo. Sempet request ganti tanggal sebelum or sesudahnya, tp setelah diotak-atik, emang susah nemuin semua jadwal sama:p Lalu bapak Andika yg sedianya bisa, ternyata jg musti ada urusan keluarga ke Wonogiri. Padahal kami menanti cerita Ambon manise darinya hehe... Aa'Git jg musti nganter sang istri yg akan balik ke Jakarta. Sementara mas Erly gk bisa dateng karena kerja. Busyeett, Er..rajin kali kau ini!:D Ibu Sulis jg pamit ndak dateng gara2 musti berkunjung ke sanak saudara-aku disuruh membayangkan berapa jmlh budhe pakdhe dari 4 istri simbahnya- yg hrs ia kunjungi hihihi....pegel gak buu??! Mas Yayan tidak bisa hadir karena masih ditempat saudaranya yg jauh disana. Lalu bapak Budi -yg paling dulu resign itu-sempat konfirm ke Siska mau datang dari Semarang tp ko' ya tak kunjung tiba!:p KESAN : Siska makin berisi, dewasa dan rilex jd ibu bahagia, Bhagas terlihat lebih ceria dan tetap pendiam seperti biasa :p..., Pascal tetap matang dan asik diajak bicara - btw, thanks for the SMS yaa...aku terharu hihi- Catur tetap 'hitam' , sumeh dan muda..hohoho. Dan ini nih yg 'tidak tetap' ; Felix kurus bangeeettt!!! Kok bisa, sih? Kasih tips dietnya duoonggss!! hehehe.... )

Kelihatannya memang sekedar kumpul sambil makan, ngobrol dan ketawa2, tapi bagiku, itu adalah suntikan energi untuk hidup. Something different yg akan mengkreatifkan otak karena tidak dijejali hal2 rutin apalagi monoton. Charger yg bikin semangat, karena ternyata kita masih punya teman, punya orang2 terbaik, punya orang2 yg bisa disayangi dan menyanyangi kita. Menjadi manusia yg LEBIH berarti. Bukankah itu yg kita cari?

THE QUOTE

Miss Quote is back! Hehehe...
Sayangnya, daya ingat miss quote kok makin menurun ya?!:( Jangankan nginget quote2 panjang, nginget nama orang yg baru kenalan saja pasti segera lupa. Jangan2 kebanyakan dosa nih? Huhuhu...

"Cinta sejati, tak pernah hilang. Mungkin ia tersembunyi, tapi akan hadir lagi. Ia menunggu untuk dicari. Mengulang semua kenangan dan mengembalikan semua yg tertunda"
Hehehe...ini bukan quote murni. Sumprit, gara2 ingatan yg buruk, baru semalem dapet udah langsung lupa aja gituuu. Aaaarrrgggh!!

Sekitar lima belas tahun yang lalu, ada sebuah rasa manis yang hadir di hati ini. Terus tumbuh dalam kediaman, pada seseorang yg dekat tapi terasa jauh. Sekedar bisa mengagumi lewat mata, sembari menyelipkan doa-doa di bibir mungil. Sampai akhirnya waktu membatasi, dan harus dibuangnya semua rasa. Aku lupa, apakah dulu sempat mengucapkan ini; Tuhan, pertemukan kami dalam keadaan yg lebih baik nanti.

Lima belas tahun kemudian, ada pertemuan. Kata Sang Alkemis, selalu perhatikan tanda-tanda. Aku pun mulai mengusik, merangkai dan mengartikan yg terjadi di depan mata...mencari tahu, apakah ada yg tersisa. Mencari jawab, apa artinya semua ini?

Lima belas tahun mengajariku banyak hal. Tentang setia, tentang rasa, tentang berbeda, tentang pilihan-pilihan dan tentang kemauan diri sendiri. Mengerti, bahwa jalan hidup bukanlah batu karang yg kokoh diam tak tergoyahkan, melainkan seperti air yg akan mewujud sesuai tempat yg kita berikan... mengalir pada arah yg kita tentukan... sampai di muara karena keridhoan...dan bergabung dg laut luas yg bebas tapi tetap berbatas.

Akhirnya, selalu syukur yg terucap...jika tak pernah kehilangan hal yg berarti, bagaimana mungkin kita akan tau itu berarti? Bagaimana mungkin aku akan tau, bahwa ini lebih baik dari itu, atau itu lebih berharga dari ini?

Begitulah alam semesta bekerja...memberikan hikmah pada akhirnya.

Sabtu, 17 Mei 2008

ZAMANNYA BONAGA

Kalimat Nagabonar kepada anaknya, Bonaga, di film 'Nagabonar Jadi 2', saat ia terbaring sakit gara-gara hampir pingsan, kelamaan berdiri ngikutin upacara bendera di tanah lapang kampung :
"..Salahku adalah...masih hidup di zamanmu..."
Ini adalah representasi 'kebingungan' Nagabonar; harus mempertahankan 3 kuburan orang-orang yang dicintainya atau menuruti keinginan anaknya membangun kawasan di sekitar kuburan itu untuk hal yang juga bermanfaat. Harus 'membela' kenangan ataukah uang? Harus mengalah ataukah marah? Harus bersikap bijak ataukah menolak? Yang jelas, Nagabonar sangat-sangat memahami bahwa anaknya tumbuh di zaman yang berbeda jauh dengan zamannya ‘tumbuh’ dulu. Nagabonar sangat mengerti karena ia pernah muda, sedangkan Bonaga belum pernah tua. Mari menghormati dan menghargai orangtua!:)

Waktu dan zaman memang bisa mengubah segalanya, mengubah peradaban yang ada, juga bisa mengubah hati yang kita punya. Yup! Adaptasi ternyata bukan hanya pada tempat atau lingkungan, melainkan juga dengan waktu. Adaptasi pada masa kini dan masa depan. Belajar dari semua hal di masa lalu....

Senin, 03 Maret 2008

Tiga Peristiwa di Layar Kaca

Tahun ini pun memasuki hari pertama dibulan ketiganya…

Gito Rollies meninggal dunia. Banyak orang terhenyak. Seniman yang selama ini ‘gembar-gembor’ pernah melakukan banyak hal buruk saat muda dan jaya, kemudian bertaubat dan berusaha menjalani sisa hidup dengan ‘lurus’ ternyata mampu mengakhiri semuanya dengan indah.
Gito Rollies pemenang, menurutku. Ia mampu membuat banyak orang ‘iri’ dengan jalan hidup dan kematiannya yang insya Allah khusnul khatimah itu. Siapa yang tidak ‘tersentil’ dengan semua ini?

***

Seorang ibu dan anak balitanya di Sulawesi Selatan meninggal karena kelaparan, setelah tiga hari tidak makan. Dua anaknya yang lain juga dalam kondisi memprihatinkan. Suami almarhumah bekerja sebagai pengayuh becak dengan penghasilan sepuluh ribu rupiah per hari!
Tiba-tiba saja aku merasa bersalah. I’m feeling guilty for all that I’ve done! Merasa jadi orang paling egois dengan beberapa barang yang kubeli dengan harga mahal, makanan enak yang gak habis kunikmati, hiburan yang sometimes spend much money dan obsesi-obsesi tinggi yang terlalu muluk dibenak ini… :(
Aku miris mendengar berita tentang kematian tadi.

***

Pagi hari, aku melihat promo program Idola Cilik di RCTI yang akan tayang hari ini. Ada cuplikan saat audisi keenam orang anak yang akan tampil nanti. Aku selalu berpikir, anak-anak seperti ini adalah ‘korban’ obsesi orang dewasa (their parents, maybe?) yang ingin mereka (anaknya) jadi artis or at least to be famous. Mereka dengan segala upayanya menyertakan anak-anak ini keberbagai macam les vocal dan ajang adu bakat demi mewujudkan obsesi itu. Anak-anak ini pun terlihat senang…hepii…bangga…. mungkin mereka sedang membayangkan dirinya sebagai Cinta Laura, Aldy Fairuz atau Dirly?! :)

Dan tanpa direncana, aku melihat tayangan program ini, siangnya. Itu pun karena ada Duta SO7 yang jadi komentator disana.
Selesai seorang anak pasangan dokter menyanyi dan dikomentari serba bagus, tampil lah bocah laki-laki umur 11 tahun asal Malang menyanyikan lagu Surgamu milik Ungu. Suaranya masih polos meski penuh vibrasi. Selesai menyanyi, Oki Lukman sebagai Host meng-interview anak ini. Ia meminta si anak (his name is Goldi) untuk menceritakan kesulitannya mendapatkan koran saat mau ikut audisi. Ah.pasti mau ‘jual’ penderitaan untuk menarik simpati, nih! pikirku. Lalu, terdengarlah jawaban dari si anak…yang suaranya tiba-tiba tersendat karena bercampur dengan keluarnya air mata. Anak itu bilang bahwa ia harus mencari koran ke kota…di desa tempatnya tinggal, tidak ada koran. Kalimat yang aku tulis ini, tentu saja hanya penyederhanaan dialog yang terjadi antara Goldi dan Oki. Tapi sungguh, kalau saja kamu juga melihat tayangan ini, saat Goldi menjawab semua itu, air matamu tak akan lama bertahan di balik mata. Yes, I was cry… :(

Goldi belum disunat karena uang seratus lima puluh ribu ia kumpulkan dan diserahkan ke ibunya dibilang belum akan cukup untuk biaya sunatan Goldi pernah hampir ditabrak mobil saat akan berlomba karena berangkat jam 4 pagi dibonceng motor tak berlampu. Goldi bertanya dulu pada ibunya, apakah sang ibu memiliki uang jika ia ikut audisi Idola Cilik ini. Goldi menumbuhkan harapan pada sang ibu, semoga ini menjadi jalan rizkinya. Goldi menyadari bantuan dari tetangga-tetangganya hingga dalam jawaban penuh tangis pun, ia tetap berjiwa besar, tanpa minder mengakui bahwa ayahnya diberi uang agar mereka bisa ke Jakarta.
See…, Goldi yang masih anak-anak ini gak egois dengan kesukaannya menyanyi. Ia tetap sadar diri dengan keadaannya. Ia peduli dengan kondisi orang tuanya. Anak kecil ini memikirkan cara berkompromi dengan keterbatasannya! I proud of him!!!

Aku menaruh kekaguman pada uapayanya membahagiakan orang tua. Dia masih 11 tahun!! Okey, mungkin banyak anak yang lebih menderita di usia yang lebih muda, tapi kesadaran dan kegigihan untuk maju, berjuang, bernyali besar serta tidak hendak ‘menjual kemiskinan’ untuk mendapat belas kasihan orang, jarang kita temui. Penderitaan memang mendewasakan. Goldi salah satu contohnya. Ia menjadi ‘dewasa’ dengan semua kesulitannya. Ia menjadi ‘pejuang’ untuk cinta dan baktinya sebagai anak.
Aku merasa dekat dengan kemiskinan, penderitaan, kegigihan dan jiwa besar Goldi… I was there…

Air mata anak kecil ini bukan rekayasa untuk menarik simpati. Aku bisa melihatnya. Aku yakin, ia tidak menangis saat melakukan semua perjuangan itu, bahkan mungkin ia tak pernah menganggapnya berarti. Tapi ketika ia diingatkan dan kemudian menangis, aku bisa memahaminya.., mungkin itu adalah cerminan hati Goldi yang akhirnya bisa mewujudkan suatu rasa bernama bahagia...

***

Tiga Peristiwa di Layar Kaca. Sepertinya IA ingin ‘menyentilku’ agar lebih eling dan kembali banyak2 bersyukur atas semua nikmat yang diberikan-NYA.

Buat hari ini berarti, karena esok tak pasti datangnya dan kemarin tak akan pernah kembali.

(too much love for my family and friends whose always be around me)