Senin, 03 Maret 2008

Tiga Peristiwa di Layar Kaca

Tahun ini pun memasuki hari pertama dibulan ketiganya…

Gito Rollies meninggal dunia. Banyak orang terhenyak. Seniman yang selama ini ‘gembar-gembor’ pernah melakukan banyak hal buruk saat muda dan jaya, kemudian bertaubat dan berusaha menjalani sisa hidup dengan ‘lurus’ ternyata mampu mengakhiri semuanya dengan indah.
Gito Rollies pemenang, menurutku. Ia mampu membuat banyak orang ‘iri’ dengan jalan hidup dan kematiannya yang insya Allah khusnul khatimah itu. Siapa yang tidak ‘tersentil’ dengan semua ini?

***

Seorang ibu dan anak balitanya di Sulawesi Selatan meninggal karena kelaparan, setelah tiga hari tidak makan. Dua anaknya yang lain juga dalam kondisi memprihatinkan. Suami almarhumah bekerja sebagai pengayuh becak dengan penghasilan sepuluh ribu rupiah per hari!
Tiba-tiba saja aku merasa bersalah. I’m feeling guilty for all that I’ve done! Merasa jadi orang paling egois dengan beberapa barang yang kubeli dengan harga mahal, makanan enak yang gak habis kunikmati, hiburan yang sometimes spend much money dan obsesi-obsesi tinggi yang terlalu muluk dibenak ini… :(
Aku miris mendengar berita tentang kematian tadi.

***

Pagi hari, aku melihat promo program Idola Cilik di RCTI yang akan tayang hari ini. Ada cuplikan saat audisi keenam orang anak yang akan tampil nanti. Aku selalu berpikir, anak-anak seperti ini adalah ‘korban’ obsesi orang dewasa (their parents, maybe?) yang ingin mereka (anaknya) jadi artis or at least to be famous. Mereka dengan segala upayanya menyertakan anak-anak ini keberbagai macam les vocal dan ajang adu bakat demi mewujudkan obsesi itu. Anak-anak ini pun terlihat senang…hepii…bangga…. mungkin mereka sedang membayangkan dirinya sebagai Cinta Laura, Aldy Fairuz atau Dirly?! :)

Dan tanpa direncana, aku melihat tayangan program ini, siangnya. Itu pun karena ada Duta SO7 yang jadi komentator disana.
Selesai seorang anak pasangan dokter menyanyi dan dikomentari serba bagus, tampil lah bocah laki-laki umur 11 tahun asal Malang menyanyikan lagu Surgamu milik Ungu. Suaranya masih polos meski penuh vibrasi. Selesai menyanyi, Oki Lukman sebagai Host meng-interview anak ini. Ia meminta si anak (his name is Goldi) untuk menceritakan kesulitannya mendapatkan koran saat mau ikut audisi. Ah.pasti mau ‘jual’ penderitaan untuk menarik simpati, nih! pikirku. Lalu, terdengarlah jawaban dari si anak…yang suaranya tiba-tiba tersendat karena bercampur dengan keluarnya air mata. Anak itu bilang bahwa ia harus mencari koran ke kota…di desa tempatnya tinggal, tidak ada koran. Kalimat yang aku tulis ini, tentu saja hanya penyederhanaan dialog yang terjadi antara Goldi dan Oki. Tapi sungguh, kalau saja kamu juga melihat tayangan ini, saat Goldi menjawab semua itu, air matamu tak akan lama bertahan di balik mata. Yes, I was cry… :(

Goldi belum disunat karena uang seratus lima puluh ribu ia kumpulkan dan diserahkan ke ibunya dibilang belum akan cukup untuk biaya sunatan Goldi pernah hampir ditabrak mobil saat akan berlomba karena berangkat jam 4 pagi dibonceng motor tak berlampu. Goldi bertanya dulu pada ibunya, apakah sang ibu memiliki uang jika ia ikut audisi Idola Cilik ini. Goldi menumbuhkan harapan pada sang ibu, semoga ini menjadi jalan rizkinya. Goldi menyadari bantuan dari tetangga-tetangganya hingga dalam jawaban penuh tangis pun, ia tetap berjiwa besar, tanpa minder mengakui bahwa ayahnya diberi uang agar mereka bisa ke Jakarta.
See…, Goldi yang masih anak-anak ini gak egois dengan kesukaannya menyanyi. Ia tetap sadar diri dengan keadaannya. Ia peduli dengan kondisi orang tuanya. Anak kecil ini memikirkan cara berkompromi dengan keterbatasannya! I proud of him!!!

Aku menaruh kekaguman pada uapayanya membahagiakan orang tua. Dia masih 11 tahun!! Okey, mungkin banyak anak yang lebih menderita di usia yang lebih muda, tapi kesadaran dan kegigihan untuk maju, berjuang, bernyali besar serta tidak hendak ‘menjual kemiskinan’ untuk mendapat belas kasihan orang, jarang kita temui. Penderitaan memang mendewasakan. Goldi salah satu contohnya. Ia menjadi ‘dewasa’ dengan semua kesulitannya. Ia menjadi ‘pejuang’ untuk cinta dan baktinya sebagai anak.
Aku merasa dekat dengan kemiskinan, penderitaan, kegigihan dan jiwa besar Goldi… I was there…

Air mata anak kecil ini bukan rekayasa untuk menarik simpati. Aku bisa melihatnya. Aku yakin, ia tidak menangis saat melakukan semua perjuangan itu, bahkan mungkin ia tak pernah menganggapnya berarti. Tapi ketika ia diingatkan dan kemudian menangis, aku bisa memahaminya.., mungkin itu adalah cerminan hati Goldi yang akhirnya bisa mewujudkan suatu rasa bernama bahagia...

***

Tiga Peristiwa di Layar Kaca. Sepertinya IA ingin ‘menyentilku’ agar lebih eling dan kembali banyak2 bersyukur atas semua nikmat yang diberikan-NYA.

Buat hari ini berarti, karena esok tak pasti datangnya dan kemarin tak akan pernah kembali.

(too much love for my family and friends whose always be around me)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar