Jumat, 22 Agustus 2008

'RAHASIA' SURGA BUDJANA

Kemaren malem, aku n tim berkesempatan interview GIGI dan Ungu di studionya Uthe, tempat latihan mereka. Interview itu sendiri rencananya bakal ditayangkan sepaket dengan penayangan konser religi ‘Pintu Surga Mu’ di Trans TV. Singkatnya, setelah mengotak-atik list pertanyaan yg kebanyakan dibikin mamagaya (hihi..punten bu, baru tiba sehari sebelumnya, je... mamagaya memang partner yg oukey!), tercetuslah (halah) ide pertanyaan ini : “Apa arti Surga bagi masing2 dari kalian?”.
***
(Thomas-Arman-Budjana-Hendy)
(Pasha-Enda-Rowman-Oncy-Makki)

Sore itu, jadwalnya adalah seperti ini: Ungu latihan dulu - lalu break maghrib - interview band dengan kami (jd sekitar pk. 19.00 WIB) – latihan Ungu bareng GIGI. Tapi, namanya juga di Indonesia, jadwal berubah dikit atau waktu molor2 adalah hal yg biasa . Akhirnya, baru sekitar pk. 20.30 WIB, sesi interview dimulai, GIGI first. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan mamagaya, sementara aku ‘sibuk’ foto2 in mereka (huhu...siapa yg foto-in akuu??). Apalagi mamagaya wanti2 untuk ‘menjepretnya’ kapanpun itu, biar hasil fotonya natural dan terlihat bekerja sungguh2! (hahaha...).


(Eksis banget seeehhh?! :< )
Tibalah saatnya pertanyaan ttg ‘surga’. Thomas, menjawab. Arman menjawab. Budjana...pas dulu, dan dilemparkan ke Hendy. Lalu Hendy menjawab dan dibalikin lagi ke Budjana, hasilnya? Teteeup loh, Budjana gk mo jawab! Hehehe....
Yeah, man...i knew, its dificult for you. You has different answer, and wont to make some 'weird' or conflict, maybe? Padahal jawabannya ta tunggu2, loh! :)
Berbeda pandangan kan gak apa2, kita punya pilihan utk bertoleransi, bukan? :)

Jadi, bagaimanakah surga itu, Bli Budjana?
***
Saat kerja aku teringat pada sebuah diskusi antara aku dan temanku yang beda agama. Namanya Yohannes. Saat itu kita baru saja selesai makan malam bersama di kampus dan tiba-tiba dia menanyakan sebuah pertanyaan tentang perbedaan agama kita.

Yohannes : Yan, menurutku agama islam itu bagus, tapi gimana ya caranya aku tau kalo agama Islam itu agama yang benar? sedangkan untuk belajar tentang agama Islam aja aku males banget, dan kalau ketahuan orangtuaku bisa gawat tuh.

Dian : Mmm... Nes, kamu tau gak agama itu menjawab apa?

Yohannes : Apaan?

Dian : Salah satu yang dijawab agama itu khan keberadaan kita setelah kita meninggal, kalau kata agama Islam itu nanti abis kamu meninggal kamu akan didatangi 2 malaikat, kalau kata agama kristen itu nanti abis kamu meninggal kamu akan diampuni Tuhan Yesus, kalau kata agama budha itu nanti abis kamu meninggal kamu akan bereinkarnasi, dan sebagainya.

Yohannes : Jadi maksud kamu apa? kayaknya belum menjawab deh.

Dian : Maksudkuuu... kalau males belajar tentang agama Islam, tunggu aja sampai kamu meninggal, terus lihat agama mana yang bener, jika kamu didatangi 2 malaikat, maka Islam yang bener, jika kamu diampuni Tuhan Yesus, maka Kristen yang bener, jika kamu bereinkarnasi, maka Budha yang bener.

Yohannes : Waduh yan, kalo nunggu aku meninggal udah telat donk, ada cara lain?

Dian : Ada, kamu tanya orang yang bangun dari kematian, kalau ada ya, atau kamu pelajari aja agama Islam, mana yang lebih gampang? :D

(Diambil dari blognya Dianmaladi)

Senin, 04 Agustus 2008

PANGGUNG SANDIWARA KITA SEMUA

Memangnya kalau artis jadi politikus atau pejabat, kenapa? Lalu kalau politikus atau pejabat jadi artis, gimana?

Tadi pagi, infotainment membahas lolosnya Primus Yustisio (model, pemain sinetron) menjadi bakal calon Bupati Subang (ketahuan deh, kl aktivitas pagiku adalah nonton acara gosip...hehe). Nggak mau nambahi daftar orang yg pro ataupun kontra, cuma mesem2 aja, hari2 belakangan ini banyak artis yang melirik pentas politik dan panggung birokrat untuk diduduki. Sebenarnya dari dulu udah banyak juga artis yg jadi politikus atau pejabat. Hanya saja setelah masanya Adjie Massaid, Marissa Haque dan baru2 lalu Dede Yusuf, Rano Karno...makin banyak saja yg kesengsem dunia penuh 'kuasa' itu, hingga tersebutlah nama Saiful Jamil, Ayu Soraya, Gusty Randa, Poppy Darsono, Dewi Perssik, Tengku Wisnu...dan pasti akan lebih banyak lagi nama artis yg muncul.

Ini bukan saja masalah mampu atau tidak mampu, ini masalah budaya malu, menurutku. Kalau setiap orang punya rasa obyektivitas yg tinggi pada dirinya sendiri, sadar akan kemampuan dan potensi dirinya sendiri, pasti gak akan mudah latah untuk ikut2an sesuatu yg terlihat indah dan mudah dipermukaan. Dan kalau udah gitu, akhirnya it's all about responsibility. Tanggung jawab pada sesama dan Tuhan.

Haknya Primus atau Saiful Jamil, kalau memang mau jadi penguasa di pemerintahan. Dan haknya warga masyarakat daerah pemilihan, kalau memang mau memilih mereka. Mungkin, daripada milih orang yg gak dikenal, lebih baik milih yang memang terkenal :) Setidaknya, kalau terjadi 'sesuatu yg buruk' diperjalanan pemerintahan mereka nanti, akan lebih mudah 'nangkep' orangnya...'pan ude terkenal mukenye, bang! hehe...
Setidaknya (lagi), para artis ini sudah terbiasa berhadapan dg publik, dari kalangan bawah sampai atas, jadi mudah2an aja nggak gagap saat harus report hasil kerja mereka atau berdiskusi dg rakyat. Mudah2an sih begituuu...kalau pun enggak, kemampuan akting dan 'ajian ngeles' mereka terbukti sering berhasil, ko' !:p
Kemampuan 'merayu' konglomerat dan pengusaha untuk mengucurkan dana? Mudah2an masih bisa. Kemampuan menghibur masyarakat spt saat di layar kaca? Semoga tetap saja ada... :)

Jadi, dari kalangan artis atau bukan, kalau mau jadi pemimpin di pemerintahan, ya harus punya kemampuan. Nggak melulu ditunjukkan dg gelar2 akademis (meskipun ini jg penting!), tapi track record perilaku dan pemikiran kayanya lebih bisa dinilai dan dipertimbangkan. Inilah saatnya kecerdasan masyarakat diuji dalam memilih pemimpin mereka. Gunakan akal sehat dan hati nurani. Hasilnya, tunggu saja! Dan akan terjawab, sudah pintarkah kita?? :)