Senin, 04 November 2013

MY FIRST BOOK

29 Juni 2012, Grand Indonesia
Itu adalah kali pertama aku ketemu sama Penerbit Mizan. Rasanya susah digambarkan… Antara grogi, happy, dan excited! :D. Ada mba Dhias dan mas Peter yang sudah lebih awal aku ‘kenal’ lewat twitter. Obrolannya santai ternyata. Mbak dan mas dari Penerbit Mizan baik2 semua hehe… Inti pertemuan itu adalah penjelasan apa yang harus aku lakukan sebagai penulis 2 di buku yang akan aku bikin bersama Tjokde, sekaligus ngasih draft kontrak kerjasama ;)
***
My first book with Tjokde :')
My first book with Tjokde :')
Menulis buku itu impianku sejak lama. Well, I love writing… makanya sampe punya beberapa blog untuk menyalurkan hobiku yang satu itu. Allah memang Maha Baik, meskipun harus melewati ‘jalan panjang’,  pada akhirnya mimpi itu terwujud dan diberi kemudahan saat mewujudkannya. Seperti yang pernah kubilang, semesta mencatat mimpimu :)

Kalau dirunut, ceritanya panjang… :)

Ini nggak bisa lepas dari program Nature Life yang kupegang. Nggak bisa lepas juga dari keyakinan jeng Christin yang mempercayakan pembuatan program itu padaku, hingga aku kenal Tjokde. Lalu Tjokde ditawari bikin buku, dan mengajakku terlibat dalam penulisannya.
***
Benar seribu persen kalau ada yang bilang, menulis itu butuh mood dan fokus. Aku lupa tepatnya, tapi kira-kira sekitar empat bulan aku berusaha fokus total nulis buku itu. Hari Sabtu-Minggu dan hari libur sengaja nggak pernah kemana-mana biar bisa nulis. Apalagi materi yang kutulis bukan hal yang sepele, melainkan hal serius karena menyangkut kesehatan dan nyawa orang. Belum lagi tektokan sama Tjokde yang tiap hari sibuk dengan pasien2nya di Bali, juga takes time. Kadang, mood nulisku lagi bagus, Tjokde pas nggak ngasih bahan untuk kutulis. Kadang, kerjaanku lagi banyak, Tjokde dengan lancar ngasih bahan dan tulisan yang harus kususun, hingga jadinya malah numpuk pe er ku. Tantangan terbesarnya ya, memang jarak itu tadi. Jadi tektokan cuma by email, sms, bbm, atau telepon. Kadang nggak bisa langsung dapat jawaban kalau ada hal yang perlu aku konfirmasi ulang ke Tjokde. Harus nunggu beberapa jam, bahkan hari. Tapi kadang juga cepet. Yaaa..gitu deh! Hehe..

Di awal penulisan, untungnya Tjokde pas ada jadwal ke Jakarta, jadi aku bisa langsung menyusun banyak pertanyaan untuk dia jawab, sebagai bahan tulisan. Biasanya kami memilih kedai kopi untuk diskusi dan menyusun materi tulisan. Biar kaya penulis2 yang keren itu laaah… maennya di kedai kopi! Hehehe…
Tjokde merekam penjelasannya soal penyakit di ipodku :)
Tjokde merekam penjelasannya soal penyakit di ipodku :)
'Rekaman' lagi di PS :)
'Rekaman' lagi di PS :)
Jawaban2 Tjokde aku rekam di BB atau ipod, trus nanti di rumah aku susun. Gampang sih, yang susah itu kalau Tjokde coba menuangkan pemikirannya dengan bahasa Indonesia tapi susunannya salah dan punya arti beda dari yang dimaksud. Jadi aku harus benar2 mencernanya dengan baik, trus re-check ke dia :p

Sudah tidak tahap 'merekam' lagi.. :) - Bali
Sudah tidak tahap 'merekam' lagi.. :) - Bali
Sempat juga ketika aku ada shooting ke Bali, Tjokde mampir ketemuan untuk membahas beberapa hal dalam (materi) buku kami. Pokoknya kesempatan apapun yang bisa digunakan untuk nyelesein buku, hajarrr!! :D

Last meeting, sebelum tulisan diserahkan ke penerbit - Anomali lagiii ;)
Last meeting, sebelum tulisan diserahkan ke penerbit - Anomali lagiii ;)
***
Hal-hal inti untuk buku sudah tersusun, tinggal mencari printilannya, seperti foto (mostly dari aku, hasil jeprat-jepret kalo lagi shooting hehe), sumber-sumber data pelengkap, dll. Hingga akhirnya di bulan Januari akhir atau Februari awal, materi buku kami serahkan ke penerbit (editor, namanya mba Dhias). Mulai dari situ, tektokan terjadi antara editor buku dan kami (aku & Tjokde). Ada beberapa hal yang harus dibetulkan, dikurangi, atau ditambahi. Mba Dhias akan email hal-hal yang dimaksud, dan kami pun membalasnya lewat email. Dan itu nggak secepat/semudah yang dibayangkan, karena balik lagi ke soal jarak dan waktu… Kadang mba Dhias nanya hari Senin, aku dan Tjokde baru sempat cek hari Rabu, trus ngasih jawaban Senin di minggu berikutnya…hehe… Jadi, ya agak lama. Maapkeun kami, mba Dhias… ;)

Soal foto juga begitu, ada yang masih kurang dan aku butuh waktu untuk ngelengkapinnya. Sampai akhirnya di bulan Oktober 2013, buku itu terbit :). Butuh waktu satu tahun tiga bulan, hingga akhirnya buku ‘Sehat Holistik Secara Alami’ ada di rak-rak toko buku kesayangan pemirsa… :’)
***

Kalau bicara tantangan, yang paling berat sebenarnya membuat materi ‘berat’ jadi terasa ringan dan mudah dipahami dalam bentuk tulisan. Isu kesehatan itu serius dan ‘berat’, ditambah judul buku yang kesannya seriuuuusss banget. But, believe me, isi bukunya cerna-able kok ;) Kalau sampe ada yang susah mencerna isi buku, berarti aku gagal sebagai penulis 2, soalnya itu tugasku; mempermudah penjelasan Tjokde dalam bahasa/kalimat yang menarik dan tidak membosankan ke buku.
***

Yang paling aku suka dari buku ini adalah adanya penjelasan logis berurutan yang coba dihadirkan untuk membahas suatu penyakit atau pengobatan. Misalnya begini, kalau kita pusing tujuh keliling (vertigo) atau pusingnya di bagian depan dan atas kepala, artinya fungsi ginjal kita terganggu. Kenapa ginjal bisa terganggu? Apa akibatnya kalau fungsi ginjal terganggu? Itu ada penjelasannya. Fungsi ginjal yg terganggu bisa bikin aliran darah ke otak tidak lancar. Yang bikin tidak lancar bisa karena kita kurang cairan. Nah, apa yang bisa melancarkannya? Pastilah bahan2 yang punya kemampuan menstimulasi aliran darah ke otak. Lalu ada ramuan herbal yang dicontohkan dan juga obat homeopathy yang disarankan. Di bagian lain buku, ada juga informasi soal organ tubuh (termasuk ginjal), cara kerja dan fungsinya, serta makanan2 apa yang ‘baik’ untuk organ tsb. Jadi kalau kita udah tau sakitnya di bagian mana, penyebab sakitnya apa, akan dengan mudah menelusuri obatnya. Kalau masih bingung dan ragu, sebaiknya konsultasi sama ahlinya ;)

Buku ini juga mengenalkan hal baru, menurutku, yaitu tentang Homeopathy. Jujur, istilah itu aja baru aku tau saat mau bikin program Nature Life. Padahal pengobatan ini populer sekali di barat sana sampai sekarang. Setidaknya, ini jadi pengetahuan baru buat kita dan tambahan info untuk mereka yang sedang mencari pengobatan alternatif untuk penyakitnya. Jangan menyerah, brooo! :)

Pada intinya, buku ini ngajak kita untuk hidup sehat; sehat makanannya, gaya hidupnya, dan lingkungannya. Buku ini ngasih ‘kepercayaan diri’ penuh pada kita untuk ‘mengobati diri sendiri’ karena sebenarnya kita bisa!

***
Inilah ‘jawaban’ dari penolakan2ku saat itu, kalau diajak hengot sabtu-minggu sama temen2. Maafkan yaaa… J. Emang cuma beberapa orang yang tahu kalau aku (dan Tjokde) sedang menulis buku, saat itu. Sengaja sih, biar jadi surprise, sekaligus menghindari pertanyaan2 dan ketakutan2 kalau2 ada halangan di tengah jalan saat penulisan. Tapi Alhamdulillah semua lancar dan akhirnya bisa terbit :).
***

Nggak ada hal muluk yang aku harapkan selain buku ini bisa bermanfaat buat yang membacanya. Nggak ada hal yang lebih membanggakan selain melihat namaku akhirnya tercantum di salah satu buku, di antara buku2 lain dalam rak toko buku :). Meskipun bukan buku sendiri(an), tapi aku hepi sekali… ini jalan yang dikasih Allah, biar aku kenal penerbit, tau gimana rule menulis buku dan diterbitin, tau apa2 yang harus disiapkan dan dilakukan saat menulis buku… pokoknya jadi pengalaman luar biasa lah. Priceless!! :)

***
Pada akhirnya, aku cuma bisa bilang Alhamdulillah, terimakasih nggak putus2 sama Allah dan semua orang yang selalu ngasih suport positif buatku mewujudkan setiap mimpi, termasuk menulis buku. Hey, I make it happen! ;)


2 komentar:

  1. bangga banget sama mbak indri ini...abis nulis buku tentang kesehatan, makananmu seharusnya jadi lebih sehat dong mbaaakkk...udah makan sayur kan sekarang? hihihi

    BalasHapus
  2. @ Asha : makasih adekkeciill.... udah dong, makan sayuran biar cepet gede! hahaha...

    BalasHapus