Senin, 04 November 2013

MY FIRST BOOK

29 Juni 2012, Grand Indonesia
Itu adalah kali pertama aku ketemu sama Penerbit Mizan. Rasanya susah digambarkan… Antara grogi, happy, dan excited! :D. Ada mba Dhias dan mas Peter yang sudah lebih awal aku ‘kenal’ lewat twitter. Obrolannya santai ternyata. Mbak dan mas dari Penerbit Mizan baik2 semua hehe… Inti pertemuan itu adalah penjelasan apa yang harus aku lakukan sebagai penulis 2 di buku yang akan aku bikin bersama Tjokde, sekaligus ngasih draft kontrak kerjasama ;)
***
My first book with Tjokde :')
My first book with Tjokde :')
Menulis buku itu impianku sejak lama. Well, I love writing… makanya sampe punya beberapa blog untuk menyalurkan hobiku yang satu itu. Allah memang Maha Baik, meskipun harus melewati ‘jalan panjang’,  pada akhirnya mimpi itu terwujud dan diberi kemudahan saat mewujudkannya. Seperti yang pernah kubilang, semesta mencatat mimpimu :)

Kalau dirunut, ceritanya panjang… :)

Ini nggak bisa lepas dari program Nature Life yang kupegang. Nggak bisa lepas juga dari keyakinan jeng Christin yang mempercayakan pembuatan program itu padaku, hingga aku kenal Tjokde. Lalu Tjokde ditawari bikin buku, dan mengajakku terlibat dalam penulisannya.
***
Benar seribu persen kalau ada yang bilang, menulis itu butuh mood dan fokus. Aku lupa tepatnya, tapi kira-kira sekitar empat bulan aku berusaha fokus total nulis buku itu. Hari Sabtu-Minggu dan hari libur sengaja nggak pernah kemana-mana biar bisa nulis. Apalagi materi yang kutulis bukan hal yang sepele, melainkan hal serius karena menyangkut kesehatan dan nyawa orang. Belum lagi tektokan sama Tjokde yang tiap hari sibuk dengan pasien2nya di Bali, juga takes time. Kadang, mood nulisku lagi bagus, Tjokde pas nggak ngasih bahan untuk kutulis. Kadang, kerjaanku lagi banyak, Tjokde dengan lancar ngasih bahan dan tulisan yang harus kususun, hingga jadinya malah numpuk pe er ku. Tantangan terbesarnya ya, memang jarak itu tadi. Jadi tektokan cuma by email, sms, bbm, atau telepon. Kadang nggak bisa langsung dapat jawaban kalau ada hal yang perlu aku konfirmasi ulang ke Tjokde. Harus nunggu beberapa jam, bahkan hari. Tapi kadang juga cepet. Yaaa..gitu deh! Hehe..

Di awal penulisan, untungnya Tjokde pas ada jadwal ke Jakarta, jadi aku bisa langsung menyusun banyak pertanyaan untuk dia jawab, sebagai bahan tulisan. Biasanya kami memilih kedai kopi untuk diskusi dan menyusun materi tulisan. Biar kaya penulis2 yang keren itu laaah… maennya di kedai kopi! Hehehe…
Tjokde merekam penjelasannya soal penyakit di ipodku :)
Tjokde merekam penjelasannya soal penyakit di ipodku :)
'Rekaman' lagi di PS :)
'Rekaman' lagi di PS :)
Jawaban2 Tjokde aku rekam di BB atau ipod, trus nanti di rumah aku susun. Gampang sih, yang susah itu kalau Tjokde coba menuangkan pemikirannya dengan bahasa Indonesia tapi susunannya salah dan punya arti beda dari yang dimaksud. Jadi aku harus benar2 mencernanya dengan baik, trus re-check ke dia :p

Sudah tidak tahap 'merekam' lagi.. :) - Bali
Sudah tidak tahap 'merekam' lagi.. :) - Bali
Sempat juga ketika aku ada shooting ke Bali, Tjokde mampir ketemuan untuk membahas beberapa hal dalam (materi) buku kami. Pokoknya kesempatan apapun yang bisa digunakan untuk nyelesein buku, hajarrr!! :D

Last meeting, sebelum tulisan diserahkan ke penerbit - Anomali lagiii ;)
Last meeting, sebelum tulisan diserahkan ke penerbit - Anomali lagiii ;)
***
Hal-hal inti untuk buku sudah tersusun, tinggal mencari printilannya, seperti foto (mostly dari aku, hasil jeprat-jepret kalo lagi shooting hehe), sumber-sumber data pelengkap, dll. Hingga akhirnya di bulan Januari akhir atau Februari awal, materi buku kami serahkan ke penerbit (editor, namanya mba Dhias). Mulai dari situ, tektokan terjadi antara editor buku dan kami (aku & Tjokde). Ada beberapa hal yang harus dibetulkan, dikurangi, atau ditambahi. Mba Dhias akan email hal-hal yang dimaksud, dan kami pun membalasnya lewat email. Dan itu nggak secepat/semudah yang dibayangkan, karena balik lagi ke soal jarak dan waktu… Kadang mba Dhias nanya hari Senin, aku dan Tjokde baru sempat cek hari Rabu, trus ngasih jawaban Senin di minggu berikutnya…hehe… Jadi, ya agak lama. Maapkeun kami, mba Dhias… ;)

Soal foto juga begitu, ada yang masih kurang dan aku butuh waktu untuk ngelengkapinnya. Sampai akhirnya di bulan Oktober 2013, buku itu terbit :). Butuh waktu satu tahun tiga bulan, hingga akhirnya buku ‘Sehat Holistik Secara Alami’ ada di rak-rak toko buku kesayangan pemirsa… :’)
***

Kalau bicara tantangan, yang paling berat sebenarnya membuat materi ‘berat’ jadi terasa ringan dan mudah dipahami dalam bentuk tulisan. Isu kesehatan itu serius dan ‘berat’, ditambah judul buku yang kesannya seriuuuusss banget. But, believe me, isi bukunya cerna-able kok ;) Kalau sampe ada yang susah mencerna isi buku, berarti aku gagal sebagai penulis 2, soalnya itu tugasku; mempermudah penjelasan Tjokde dalam bahasa/kalimat yang menarik dan tidak membosankan ke buku.
***

Yang paling aku suka dari buku ini adalah adanya penjelasan logis berurutan yang coba dihadirkan untuk membahas suatu penyakit atau pengobatan. Misalnya begini, kalau kita pusing tujuh keliling (vertigo) atau pusingnya di bagian depan dan atas kepala, artinya fungsi ginjal kita terganggu. Kenapa ginjal bisa terganggu? Apa akibatnya kalau fungsi ginjal terganggu? Itu ada penjelasannya. Fungsi ginjal yg terganggu bisa bikin aliran darah ke otak tidak lancar. Yang bikin tidak lancar bisa karena kita kurang cairan. Nah, apa yang bisa melancarkannya? Pastilah bahan2 yang punya kemampuan menstimulasi aliran darah ke otak. Lalu ada ramuan herbal yang dicontohkan dan juga obat homeopathy yang disarankan. Di bagian lain buku, ada juga informasi soal organ tubuh (termasuk ginjal), cara kerja dan fungsinya, serta makanan2 apa yang ‘baik’ untuk organ tsb. Jadi kalau kita udah tau sakitnya di bagian mana, penyebab sakitnya apa, akan dengan mudah menelusuri obatnya. Kalau masih bingung dan ragu, sebaiknya konsultasi sama ahlinya ;)

Buku ini juga mengenalkan hal baru, menurutku, yaitu tentang Homeopathy. Jujur, istilah itu aja baru aku tau saat mau bikin program Nature Life. Padahal pengobatan ini populer sekali di barat sana sampai sekarang. Setidaknya, ini jadi pengetahuan baru buat kita dan tambahan info untuk mereka yang sedang mencari pengobatan alternatif untuk penyakitnya. Jangan menyerah, brooo! :)

Pada intinya, buku ini ngajak kita untuk hidup sehat; sehat makanannya, gaya hidupnya, dan lingkungannya. Buku ini ngasih ‘kepercayaan diri’ penuh pada kita untuk ‘mengobati diri sendiri’ karena sebenarnya kita bisa!

***
Inilah ‘jawaban’ dari penolakan2ku saat itu, kalau diajak hengot sabtu-minggu sama temen2. Maafkan yaaa… J. Emang cuma beberapa orang yang tahu kalau aku (dan Tjokde) sedang menulis buku, saat itu. Sengaja sih, biar jadi surprise, sekaligus menghindari pertanyaan2 dan ketakutan2 kalau2 ada halangan di tengah jalan saat penulisan. Tapi Alhamdulillah semua lancar dan akhirnya bisa terbit :).
***

Nggak ada hal muluk yang aku harapkan selain buku ini bisa bermanfaat buat yang membacanya. Nggak ada hal yang lebih membanggakan selain melihat namaku akhirnya tercantum di salah satu buku, di antara buku2 lain dalam rak toko buku :). Meskipun bukan buku sendiri(an), tapi aku hepi sekali… ini jalan yang dikasih Allah, biar aku kenal penerbit, tau gimana rule menulis buku dan diterbitin, tau apa2 yang harus disiapkan dan dilakukan saat menulis buku… pokoknya jadi pengalaman luar biasa lah. Priceless!! :)

***
Pada akhirnya, aku cuma bisa bilang Alhamdulillah, terimakasih nggak putus2 sama Allah dan semua orang yang selalu ngasih suport positif buatku mewujudkan setiap mimpi, termasuk menulis buku. Hey, I make it happen! ;)


Selasa, 01 Oktober 2013

MY TRIP, MY ADVENTURE!

MTMA logo
Itu judul program baruku yang mulai tayang di Trans TV, 15 September 2013, jam 8.30 WIB.
Keren? Ya pasti laaahh...! hahaha...

Udah lama pengen punya program traveling yang nggak bawa2 banyak alat dan perabot syuting, kaya Koper dan Ransel, dulu. Trus pas ngajuin konsep ke management, ternyata disetujui dan digabungin dengan usulan program sejenis. Jadilah #MTMA ini.
crew

Ini bukan program jalan-jalan biasa, ini luar biasaaa!! Hehehe... Dari judulnya aja udah keliatan kan, kalau di dalamnya ada adventure items yang bakal dilakuin sama Hostnya. Hal2 yang dilakukan para hostnya dan lokasi2 yang dikunjungi nggak cuma lokasi wisata atau populer aja. Malah kami pengennya dateng ke lokasi2 yang belum terkenal, belum diekspose, tapi punya potensi untuk dibahas dan diketahui. Apalagi Hostnya dua orang cowok yang punya karakter berbeda dan menarik, plus guanteng2... ;)

Vicky

Hamish

Cewek - ceweeeekk...mana suaranyaaaah?? Heheheee...

Vicky Nitinegoro udah lama malang melintang *halah* di dunia entertainment; pemain FTV, Host, pemain band, dan sekarang nge-DJ juga. Kalau Hamish Daud masih terbilang baru; "...orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak kan pernah kumiliki keutuhannya." Inget kalimat itu? Yep! Penggalan narasi di film pendek 'Hanya Isyarat' yang ada dalam omnibus Rectoverso. Tapi Hamish ternyata juga udah sering jadi model, lhoooh! Backgroundnya adalah sebagai Design Principal di perusahaan arsitektur yang dia bangun bareng temen2nya di Jogja. He lives in Bali.

MTMA 4

Well, MY TRIP MY ADVENTURE bakal ngelihatin hal menarik dan riil di setiap perjalanan yang dilakukan para hostnya; interaksi sosial, becandaan mereka, kekaguman mereka pada tempat dan budaya yang ditemui, keusilan Vicky, keingintahuan Hamish, keberanian mereka mencoba berbagai hal..... that's their adventure! :)

My Trip, My Adventure

Sooooo, watch us in Trans tv every Sunday, 8.30 am ya, broooo!! ;)

Follow twitter #MTMA : @myTrip_myAdvntr

Senin, 20 Mei 2013

I Dreamed a Dream...


(sunrise, couple, in love)
(sunrise, couple, in love)
Aku yakin, setiap orang pernah jatuh cinta. Pada orang yang baru dikenalnya, pada orang yang sudah lama menjadi sahabatnya, pada orang yang belum pernah dilihatnya langsung, bahkan pada orang yang hanya didengar ceritanya saja. Rasa suka itu seperti udara, mengalir kemana saja, mengisi setiap rongga kosong yang ada.

***

Dalam agama yang kuyakini, jodoh itu sebaiknya yang sekufu. Ada yang menafsirkan sekufu dengan 'setara' dalam berbagai hal, misalnya pendidikan, ekonomi, sosial, usia, dan terutama agama. Aku sih, setuju2 aja ya, lepas dari beberapa kasus pengecualian, memang sebaiknya kita menikah dengan yang sekufu, biar gak jomplang menjalani hidup :)

Kisah Cinderella atau cerita anak pembantu yang disunting anak direktur perusahaan itu cuma ada di buku dongeng dan sinetron. Be realistic, meskipun berkhayal itu gratis! :p

***

Aku pernah menyukai (belum mencintai) seseorang karena tulisan2nya, pemikiran2nya, dan pertemuan yang hanya sekali saja dimasa lalu. Saat itu sempat mikir, diakah jodohku? Ternyata bukan :)

Aku pernah 'dibuat ge er' dengan kembali dipertemukannya aku dengan my first love. Tapi beberapa waktu coba untuk bersama, gak jadi juga :)

Aku pernah mencintai seseorang dengan banyak kesamaan, dengan banyak hal yang semula hanya kuhayalkan tapi ternyata ada di dia, dengan segala situasi yang memungkinkan kami untuk bersama...tapi broke up juga :)

Jadi ketika saat ini some signs mendatangiku, aku cuma senyum2 dan menahan diri untuk gak terlalu ge er dengan yang terjadi. Bisa jadi ini masih 'bridging' ke scene yang sebenarnya ;) *bahasanyabrodkesbenjeeet* hehe. Eh, tapi berdoa pelan2 dalam hati boleh, kaaan? :p

***

Aku pernah menulis, jika kau bisa membayangkan bagaimana masa tuamu dengan seseorang, mungkin dia jodohmu. Hummm... Insya Allah, yaaaa :D

***

Ketika jemariku mengetik tentangmu, mungkin kau tengah lelap mencari mimpi. Mungkin esok kita tetap tak bertemu, tapi jari dan hati ini pernah senang menuliskan perasaan tentangmu. Apa yang lebih membahagiakan dari memiliki perasaan senang? :)

Senin, 08 April 2013

Between Pi & Me


 
Sejak hari itu, aku tidak bisa mendefinisikan perasaan ini, sampai sore tadi ketika kembali menonton film Life Of Pi.

Perasaan Pi ketika Richard Parker, harimau buas dan mengerikan yang bersamanya mengarungi lautan selama berbulan-bulan, pergi begitu saja… aku menemukan jawabannya. Aku merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Pi.

Richard Parker (hanyalah) seekor harimau, tapi kebersamaan mereka selama berbulan-bulan di lautan untuk bertahan hidup, membuat Pi amat menyayanginya. Tapi, apakah Richard Parker mengerti?

Dan ketika mereka akhirnya terdampar di pantai Meksiko, beginilah Pi mengungkapkan perasaannya…

“Di tepi hutan itu dia berhenti. Aku yakin dia akan menoleh melihatku. Mendekatkan telinganya ke kepalanya dengan perasaan bangga. Dia membawa hubungan kami sampai akhir. Tapi ternyata dia langsung menerobos masuk hutan….
Richard Parker, sahabat buasku yang mengerikan, yang telah membuatku bertahan hidup, menghilang selamanya dari hidupku….”

“Beberapa jam kemudian orang-orang menemukanku. Aku menangis seperti anak kecil, bukan karena aku telah berjuang mati-matian selama ini, tapi karena Richard Parker meninggalkanku begitu saja. Hatiku hancur…”

“Ayahku benar, Richard Parker tak pernah melihatku sebagai temannya. Setelah semua hal yang kami lalui, bahkan ia tak pernah melihat ke belakang.
Tapi aku harus percaya ada sesuatu yang lebih di dalam matanya. Lebih dari refleksiku sendiri, menatap ke arahku. Aku tahu itu, aku merasakannya. Bahkan jika aku tak bisa membuktikannya.”

“Aku sudah banyak kehilangan…mungkin semuanya adalah kehidupan yang harus kulepaskan. Tapi apa semuanya akan selalu menyakitkan?"
"Tak sempat mengucapkan selamat tinggal… Aku tak sempat mengucapkan terimakasih pada ayahku untuk semua pelajaran yang aku tahu darinya. Untuk bilang, bahwa tanpa pelajaran darinya aku tak mungkin selamat. Aku tahu Richard Parker adalah Harimau, tapi aku berharap bisa mengatakan; ‘Its over and we’re survive. Terimakasih karena telah menyelamatkan hidupku. Aku menyayangimu Richard ParkerKau akan selalu bersamaku. Tapi aku tidak bisa bersamamu…”

Kuulang berkali-kali bagian itu. Kuperhatikan kata demi kata yang diucapkan Pi. Kurasakan kesedihannya. Kumengerti kekecewaannya. Tapi aku masih belum bisa menjawab, apa perasaan ini…mengapa aku merasa begini??

And I found it in the book later. Here some for you :
‘Penting dalam hidup ini untuk mengakhiri segala sesuatu dengan semestinya. Hanya dengan begitu kita bisa merelakan. Kalau tidak, hati kita terbebani oleh penyesalan, oleh kata-kata yang mestinya diucapkan, tapi tak pernah tersampaikan. Perpisahan yang tak tuntas itu meninggalkan kepedihan yang masih terasa hingga hari ini.’ - Pi

Dan aku mengerti perasaanku kini. Do you?

Aku tak mengatakan benci atau cinta. Aku tak mengatakan tidak atau iya. I didn’t say blessing or not blessing. Aku menyesali semua yang baik itu berakhir tanpa salam terakhir.
Aku seperti Pi, yang mungkin ingin mengucapkan terimakasih untuk semua hal indah yang pernah terjadi, untuk semua pengalaman hidup yang mendewasakan..yang membuatmu baik dan menjadikanku juga baik, untuk kekuatan yang pernah saling dibagi, untuk sedih yang pernah saling ditangisi…

‘Sangat menyedihkan perpisahan yang tak disertai ucapan selamat tinggal’ - Pi

I already know before you tell me the story. I don’t know which is true, but that’s not the point. You'll never know until you try to understand the importance of respecting people’s feeling who have been you care.

Senin, 01 April 2013

Pooooossse!!!

(when 2 ladies came to office at 00.16 )

Sabtu, 16 Maret 2013

Yesterday....

Salah satu hal tersulit dalam hidup itu ternyata adalah memiliki rasa ikhlas melihat orang lain bahagia tak bersama kita....

Aku pernah meminta pada Tuhan, agar ia menjadi milikku
Aku pernah merengek pada Tuhan, agar ia menjadi teman sepanjang hidupku
Aku pernah memohon pada Tuhan, agar suatu waktu nanti kami dipersatukan
Tuhan tak mengabulkan semuanya....

Kamu tahu, kesedihan terdalam tak ditunjukkan oleh air mata
Kesedihan terdalam tak memiliki penjelasan kata-kata

Kamu mungkin sering patah hati
Kamu pernah putus cinta, dikhianati, disakiti, atau mungkin ditinggal menikah kekasih hati
Tapi sakitnya tak akan melebihi rasa sakit karena dilupakan, diabaikan, dan diacuhkan
Pedihnya sama dengan dibohongi orang yang kamu sayangi setengah mati

Hari yang selalu aku pikirkan, yang pernah aku 'takutkan', pada akhirnya datang juga
Hari yang kukira akan membawaku ke duka terdalam, akhirnya datang juga
Tapi ternyata, aku tidak takut dan aku tidak duka mendalam
Aku sedih? Iya. Dan aku tak memiliki alasan untuk berlama-lama memikirkannya.

Every story has end...
Satu-persatu, puzzle hidup tersusun menggenapi cerita dan membangun kisah baru
Mungkin belum waktunya untukku, untukmu, dan Tuhan masih meminta kita bersabar

Percayalah, ketika kau sudah pernah merasakan segala macam kekecewaan, kesedihan, ketidakadilan... kau akan menjadi semakin cepat mengatasi segala yang tak diinginkan hati.
Kau hanya perlu diam atau menuliskannya seperti ini.
Bebanmu akan melayang dan hatimu akan kembali tenang.
Teruslah penasaran dengan apa yang akan diberikan Tuhan...

Jakarta, 16 Maret 2013
a day after.....


Minggu, 03 Februari 2013

Semua akan indah pada waktu-Nya..


Beberapa hari yang lalu, seorang teman bbm dan menawariku untuk apply menjadi direktur sebuah LSM. Whaaatt?? Nggak salah tulis, nih? Director (sutradara) mungkin? Tanyaku. Tapi si temen kekeh bilang, Direktur. Oh, oke. Beberapa hari setelah itu, aku baru bisa membuka email darinya yang berisi attachment 'undangan' untuk melamar menjadi Direktur itu. Recruitment terbatas, dan aku dia rekomendasikan karena dianggap pantas. Hemm..sik..sik..ojo kesusu :D

Membaca attachment undangan menjadi Direktur itu, aku jiper sendiri. Di situ ditulis kalau calon direktur ini harus punya integritas, ide-ide baru, dan mampu mengangkat potensi 65 juta remaja di Indonesia. Wow! Ini nggak main-main. Ini serius. Yang bikin sedikit 'tenang' adalah fakta bahwa bidang atau media yang digunakan LSM ini sudah akrab dengan keseharianku, yaitu media audio visual. Secara teknis, aku bisa, tapi jadi seorang direktur itu berarti jadi pucuk pimpinan yang harus bisa memimpin bawahan2nya plus 65 juta remaja di Indonesia! Memimpin di sini bukan hanya secara teknis tapi non teknis juga, mental dan sikap. Ya toh? Hyungalah...

Tiba-tiba, yang ada di pikiranku bukan lagi persoalan jadi melamar atau tidak untuk posisi Direktur itu, tapi hal lain yang membuatku realize kalau untuk menikah pun, aku belum siap....
Sudah sering aku dengar, kalau kesiapan menikah untuk setiap orang itu beda2. Kadang yang kita lihat, belum tentu yang dirasa si orang itu. Kadang kita bertanya2, mengapa si A, si B, yang kelihatannya sudah mapan, dewasa, matang...belum juga menikah, tapi si C, si D, yang masih muda dan belum begitu mapan karirnya sudah berani menikah. Jelas, mereka memiliki jawaban dan alasannya masing2. Sepenuhnya aku menghormati hal itu. Sepenuhnya juga aku memahami mengapa beberapa orang masih tak mengerti dan 'memaksa' kita untuk segera menikah dengan alasan kepantasan dan kelayakan menurut 'ukuran' mereka :)

Ketika aku membaca 'syarat' menjadi Direktur itu, aku menanyakan pada diriku sendiri, mampu atau tidak. Yang tau kemampuan dan potensi kita, ya diri kita sendiri, maka aku mulai menanyakan 'kekuatanku'.
Q : "Kamu nanti harus mimpin anak buah, loh"
A : "Bisaaaa. Setidaknya sudah kujalani hal seperti itu.."
Q : "Tinggal di Jogja?"
A : "Mau banget!"
Q : "Ini nirlaba loh.."
A : "i know... bisa dipikirkan nanti..toh aku masih bisa bekerja yang lain juga.."
Q : "Menghadapi birokrasi, orang2 tua..?"
A : "Gampaaang..toh, nanti ada teman2 yang membantu.."
Q : "Ada jutaan remaja yang melihatmu, menunggu aksimu, mungkin 'bergantung' harapan padamu.."
A : "mmm..."
Q : "Kamu tuh kecil, masih kaya anak2. Butuh sosok keibuan atau setidaknya dewasa untuk 'memimpin' mereka. Look at your self!"
A : "...."
Q : "Direktur kok cengengesan, ngetwit asal, senenge dolan...ah, rung pantes dadi conto!"
A : -----------
Q : "gitu aja, kok ya mau nikah! Tanya hati kecilmu, bisa nggak handle anak kecil yang nangis, yang sakit, yang butuh di didik? Allah nggak bakal ngasih kalau kamu belum siap. Sekeras apapun kamu teriak 'SIAP' tapi hati kecil dan Tuhanmu nggak bisa dibohongi!"
A : :(

Aku males melanjutkan tanya jawab sama diriku sendiri ini... Makin banyak nanya, makin jiper aja. Lambat banget ya, perkembangan hidupku. Mau dewasa aja susah. Mau siap nikah aja susah. Mau berani menjalani hidup seperti orang dewasa lainnya aja susah.
Ya memang, aku masih 'enggan' kalau harus direpotkan dengan bayi atau anak kecil, tapi kan siapa tau kalau anak sendiri, enggak. Ya kan?? Aku juga ogah kalau harus bersikap ala ibu-ibu itu. Sangat bukan aku! Cara berpakaian, sikap, dan gesturku itu nggak dewasa banget, lah. Cant explain this, tapi kamu pasti tau maksudku. Gimana aku bisa 'memimpin' anak-anakku kalau mbayangin memimpin remaja2 di luar sana aja aku ragu. Belom lagi harus mempertanggungjawabkan pekerjaan pada jajaran direksi, komisaris, atau owner secara langsung. Kalau mbayangin itu aja masih sulit, gimana mau mbayangin ngadep mertua dan bertanggungjawab untuk bersanding setia sama anaknya... *fiuh!

Ini sama kaya jamannya cari2 kerja dulu. Tuhan ngasihnya bertahap untukku. Tapi pada akhirnya aku realize, kalau itu semua disesuaikan dengan kesiapan diriku. Sebenarnya setiap kita, menyadari banget kapan benar2 siap akan suatu hal, kapan belum. Dulu, ketika melamar kerjaan di perusahaan2 besar di Jakarta, selalu terselip rasa khawatir, akan mampukah aku bekerja di situ, di kota yang jauh dari keseharianku, dan beneran gak berhasil. Trus, aku mulai 'mengerucutkan' pilihan, untuk melamar ke bidang/perusahaan yang aku minati dan sesuai dengan latar belakangku, yakni media. Tapi tetep aja, ketika melamar ke TV-TV nasional saat itu, masih terselip ragu, bisa nggak ya....mampu nggak ya dengan 'ilmu' segini...cukup nggak ya dengan modal tabungan segini... dan beneran, nggak lolos juga.
Sampai suatu masa, setelah aku ngerjain banyak program tv (meskipun skala lokal), setelah aku makin banyak mengerti tentang bekerja di media, setelah aku mulai merasa cukup tabungan untuk (misalnya) dibawa ke Jakarta, setelah aku merasa pede dengan penampilan dan sikapku untuk bekerja di kota besar, setelah aku merasa 'stag' dengan yang kulakukan di kantor lama....Allah mengabulkan doaku, aku diterima bekerja di tv nasional dan merantau ke Jakarta. Entah darimana rasa 'siap' itu muncul, aku hanya merasa siap aja!  Dan itu memang indah dirasa... :D

Sekali lagi, ukuran kesiapan setiap orang itu beda-beda. Semua itu dipengaruhi oleh mental, emosional, spiritual, latar belakang sosial, pendidikan, dan pengalaman hidup. Lalu mengapa harus memaksa jika Tuhan belum berkata, iya?!