Aku yakin, kalau para lelaki itu disuruh memilih menikahi wanita yang suka clubbing, merokok, ngomong jorok di chatt dan mabuk2an ATAUKAH yang wanita rumahan, rajin sholat, omongannya dijaga dan kegiatannya jelas, pasti milih kriteria yang kedua. Jadi nggak perlulah ‘membela’ kaum wanita yang disarankan si motivator itu untuk (lebih baik) tidak dipilih jadi istri. Kesannya jahat, tapi sebenarnya begitulah yang selalu disarankan orang tua atau agama bukan? Wanita baik2 dapat pria baik2, begitu pula sebaliknya.
Memang saya tidak suka clubbing, anti rokok, dan belum pernah mabuk-mabukan (haha...sound so strange-kah? :p). Meski begitu saya pun tidak sebaik, tidak sesolehah mereka yang rajin mengaji, tak putus sholat, senang puasa, dan berjilbab. Tapi saya wanita, dan saya tidak merasa marah dengan apa yang dibilang oleh si motivator itu. Dia tidak salah, dia menyarankan, kalau pas silakan dipakai, kalau tidak ya cuekin saja! :) Kalau mereka, para wanita yang merasa berkriteria seperti tersebut dalam tweet si motivator yakin bakal tetap bisa menjadi istri yang baik, nggak perlu kelabakan dong?! Nggak perlu marah, dan cukup membuktikan, bahwa semua itu hanya hobi mungkin, atau sekedar pergaulan, atau cuma senang-senang sebelum menikah....yang akan kalian balas dengan tanggung jawab as a good wife. Right? :)
Aku bukan fans nya si motivator itu, aku juga nggak memfollow dia di twitterku, tapi rasanya sekarang orang semakin senang menyudutkan pihak lain, terlebih kalau keroyokan. Men-judge seseorang dari luarnya memang nggak baik, dan dari yang aku baca di twitternya si motivator itu, kalimat2nya masih wajar kok. Ada yang membuatnya menjadi bola salju. Provokator!
Mau nggak mau, stereotip orang baik dan buruk itu sudah ada di masyarakat. Mau listnya bagaimana, hati nurani nggak bakal bohong. Aku sendiri (untungnya) bukan tipe orang yang senang grusa-grusu ngikutin pendapat orang. Soalnya biasanya cuma pada ikut-ikutan, sih! Trus cuma nyuplik berita secuil-secuil yang bisa membelokkan maksud sebenarnya. Jarang ada yang mau membaca, mendengar, melihat secara utuh. Daripada ikut barisan orang penyebar fitnah, mending diam dan bertahan dengan keyakinan sendiri. Ada Yang Maha Benar dan Maha Tau, kok! :)
So, positive thinkin’is needed here! ;)
Memang saya tidak suka clubbing, anti rokok, dan belum pernah mabuk-mabukan (haha...sound so strange-kah? :p). Meski begitu saya pun tidak sebaik, tidak sesolehah mereka yang rajin mengaji, tak putus sholat, senang puasa, dan berjilbab. Tapi saya wanita, dan saya tidak merasa marah dengan apa yang dibilang oleh si motivator itu. Dia tidak salah, dia menyarankan, kalau pas silakan dipakai, kalau tidak ya cuekin saja! :) Kalau mereka, para wanita yang merasa berkriteria seperti tersebut dalam tweet si motivator yakin bakal tetap bisa menjadi istri yang baik, nggak perlu kelabakan dong?! Nggak perlu marah, dan cukup membuktikan, bahwa semua itu hanya hobi mungkin, atau sekedar pergaulan, atau cuma senang-senang sebelum menikah....yang akan kalian balas dengan tanggung jawab as a good wife. Right? :)
Aku bukan fans nya si motivator itu, aku juga nggak memfollow dia di twitterku, tapi rasanya sekarang orang semakin senang menyudutkan pihak lain, terlebih kalau keroyokan. Men-judge seseorang dari luarnya memang nggak baik, dan dari yang aku baca di twitternya si motivator itu, kalimat2nya masih wajar kok. Ada yang membuatnya menjadi bola salju. Provokator!
Mau nggak mau, stereotip orang baik dan buruk itu sudah ada di masyarakat. Mau listnya bagaimana, hati nurani nggak bakal bohong. Aku sendiri (untungnya) bukan tipe orang yang senang grusa-grusu ngikutin pendapat orang. Soalnya biasanya cuma pada ikut-ikutan, sih! Trus cuma nyuplik berita secuil-secuil yang bisa membelokkan maksud sebenarnya. Jarang ada yang mau membaca, mendengar, melihat secara utuh. Daripada ikut barisan orang penyebar fitnah, mending diam dan bertahan dengan keyakinan sendiri. Ada Yang Maha Benar dan Maha Tau, kok! :)
So, positive thinkin’is needed here! ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar