Kamis, 31 Desember 2009

ADA DUKA DARI PULAU NIAS

Seorang ibu membantai 5 anaknya hingga tiga diantaranya meninggal dunia. Penyebanya : sang suami berniat membawa anak-anaknya merantau untuk memperbaiki nasib, sementara dirinya ditinggal. Salah satu anak mereka yang berusia 8 tahun terus2an mengejeknya (si ibu) dengan sebutan gila!
Guys, sudah bisa membayangkan situasinya?

Dari berita yang kubaca , mereka memang keluarga miskin, tinggal di pedalaman yang bahkan kendaraan roda dua pun tidak bisa melaluinya. Si ibu (atau mungkin seluruh anggota keluarga itu) tidak pernah bersekolah. Saat diwawancara wartawan dengan bahasa daerah setempat, tak tampak penyesalan si ibu, dan jawaban2nya pun begitu polos. Dua anak yang selamat dari pembantaian pun menangis dan menatap penasaran kepada wartawan yang menjenguknya.
Bisa kau rasakan situasinya, guys?

Miris dan sedih baca berita itu.
Guys, bisakah kau rasakan...betapa sakitnya hati seorang ibu yang dihina-hina oleh anaknya dg sebutan gila? Bisakah kau bayangkan ketakutan yang dirasakan seorang perempuan, seorang ibu yang akan ditinggalkan suami dan anak-anaknya dalam kemiskinan? Dia tidak pernah mengenyam bangku sekolah, guys. Dia hanya bisa mengikuti keadaan dan alur hidup yang mengungkungnya dalam kemiskinan....melahirkan banyak anak...mengurusnya setiap hari tanpa bisa memberikan kelayakan ilmu, iman, kesopanan dan kecukupan makan... dia gak sekolah, guys!!

Fonaha (8th), anak yg malang...terbunuh oleh ibu yg mengandung dan melahirkannya. Dia mungkin tak tau, menghina orang tua itu tidak baik dan tidak boleh. Pelajaran budi pekerti teramat jauh baginya...sejauh rumah mereka yang tak tersentuh kemajuan peradaban. Fonaha mungkin teramat girang hendak dibawa ayahnya merantau, hingga ibu 'menyedihkan' yg ia punya menjadi semakin tak berarti baginya....harapan kesenangan yg selama ini tak pernah ia kenyam, terlampau indah untuk dibayangkan.

Kita yang bersekolah, yang katanya mengerti budi pekerti, yang katanya memiliki agama, yang katanya selalu bertindak manusiawi, yang sering menyisakan makanan hingga terbuang, yang dimanjakan oleh fasilitas kemajuan, yang ngakunya sudah banyak beramal, yang diajari bagaimana menghormati yang tua dan menyayangi yang muda....harusnya malu dengan berita duka dari Nias ini. Ternyata, kita tak berbagi! Ternyata, kebaikan2 itu hanya milik kita sendiri...dan kita tak meneruskannya pada yang lain. Tak menyampaikannya pada saudara2 kita yang ada di tempat nun jauh di sana....bahkan dengan secuil do'a pun! :(

Semoga, rasa keadilan yang berke-Tuhan-an yang akan menentukan dengan bijak hukuman bagi Siati Nduru, ibu 'menyedihkan' yang 'terpaksa' membantai anak-anaknya yg malang....

p.s
Duka juga menyelimuti bangsa ini untuk kepergian mantan presiden RI ke-4, Gus Dur, yg telah menorehkan indahnya menghargai keberagaman. Innalillahi wa innaillaihi rojiuun...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar